Teknik Negosiasi
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi
sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan
tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah
suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi merupakan suatu proses
saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan
dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang
dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan
tujuan tertentu. Contoh
kasus mengenai negosiasi, seperti Christoper Columbus meyakinka. Ratu
Elizhabet untuk
membiayai ekspedisinya saat Inggris dalam perang besar yang memakan banyak biaya atau sengketa pulau Sipadan dan ligitan, pulau yang berada di perbatasa
Indonesia dengan Malaysia – antara Indonesia dengan Malaysia
Dalam
advokasi terdapat dua
bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk formalnya,negosiasi sedangkan bentuk
informalnya disebut lobi.
Proses lobi tidak terikat oleh waktu dan tempat, serta dapat dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi tidak, negosiasi
terikat oleh waktu dan tempat
Negosiasi
dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita.
Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri
(manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik
bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi
yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja.
Kita
bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua,
bos kita, teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap
saat setiap hari. Negosiasi dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah
yang kita beli, biaya servis mobil, biaya liburan keluarga, dan sebagainya.
Negosiasi
terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu
yang kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus
melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain
yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita
miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga
bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita
tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.
Dalam
buku Teach Yourself Negotiating, karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang
definisi NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat
disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana
tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki
sejumlah karakteristik utama, yaitu
1.
senantiasa melibatkan orang – baik
sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam
kelompok
2. memiliki
ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
3. menggunakan
cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar
menukar (barter);
4. hampir
selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun
ekspresi wajah;
5. negosiasi
biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan
kita inginkan terjadi;
6. ujung
dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak
sepakat.
·
Kemampuan-kemampuan dasar
bernegosiasi
Faktor yang paling berpengaruh dalam negosiasi adalah filosofi yang menginformasikan
bahwa masing-masing pihak yang terlibat.Ini adalah kesepakatan dasar kita bahwa
"semua orang menang", filsafat ini menjadi dasar setiap negosiasi.[]
Kunci untuk mengembangkan filsafat
supaya "semua orang menang" adalah dengan mempertimbangkan setiap
aspek negosiasi dari sudut pandang pada pihak lain dan pihak negosiator.
·
Keterampilan-keterampilan dasar
negosiasi
Berikut ini, adalah keterampilan -keterampilan dasar dalam
bernegosiasi :
1.
Ketajaman pikiran / kelihaian
2.
Sabar
3.
Kemampuan beradaptasi
4.
Daya tahan
5.
Kemampuan bersosialisasi
6.
Konsentrasi
7.
Kemampuan berartikulasi
8.
Memiliki selera humor
·
Negosiasi dengan Hati
Pada
dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan
mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di
antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan
apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah
gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal,
tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan,
maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang
tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai
maupun keyakinan yang dianut oleh individual yang terlibat dalam konflik atau
yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru
seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi
sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation
Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam
kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda
atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu
kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin
menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam
bernegosiasi).
Jadi
sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal,
kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu
menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Ø
Langkah-langkah
bernegosiasi
1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah
persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang
akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita
butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam
langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi.
Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk
bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk
melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental
kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling
mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik
pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat
melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah
melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya
diri.
a.
Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita
bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat
sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik
dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan
dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan
dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas,
tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal
yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan
memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa
tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan
kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat
tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan
singkat;
d. Berikan senyum dan katakan
sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya
dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu
yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada
dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang
dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.
2. Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah
menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang
perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua
pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan
atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau
organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka;
d. Sediakan ruang untuk manuver atau
tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa ”jika mereka
memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll
give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka
berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Hal kedua dalam tahap permulaan
proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau
yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan
dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh
dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan
pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.
3.
Zona Tawar Menawar (The Bargaining
Zone)
Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar
menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah
suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s
Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara
kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan
Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s
Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli.
Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.
Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.
4. Membangun Kesepakatan
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun
kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua
pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or
agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk
melaksanakannya.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah
tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak
memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari
keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk
sebelah tangan.
Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita
memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan
secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal
salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai
kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk
itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan
arbitration melalui pihak ketiga.
Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih
banyak hal lain yang tidak bisa dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi
kita selaku praktisi Mandiri, kita harus tahu bahwa negosiasi bukan hal yang
asing.
Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap
hari setiap saat. Selain itu negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan
seluruh hati dan pikiran kita), memerlukan penguasaan metoda atau pun
teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan dalam membangun perilaku bernegosiasi
yang baik dan benar.
Ø Taktik - taktik umum digunakan
Taktik memiliki beberapa tujuan. Taktik akan membantu untuk
melihat permasalahan sebenarnya yang sedang diperdebatkan di meja
perundingan.Taktik juga dapat menguraikan kemandekan. Dan, dapat membantu untuk
melihat dan melindungi diri dari kebohongona negosiator.Berikut ini, sembilan
strategi negosiasi yang dapat digunakan dan dihindari :
· Mengeryit ( The Wince )
Taktik
ini dikenal juga dengan istilah Terkejut ( Flinch ) merupakan reaksi
negatif terhadap tawaran seseorang. Dengan kata lain, bertindak terkejut saat
negosiasi yang diadakan pihak negosiator berjalan dengan keinginan pihak lain.
- Berdiam ( The Silence )
Jika
Anda tidak menyukai apa kata seseorang, atau jika Anda baru saja membuat
tawaran dan Anda sedang menunggu jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik
Anda. Kebanyakan orang tidak bisa bertahan dalam kesunyian panjang ( "
Dead Air Time" ). Mereka menjadi tidak nyaman jika tidak ada percakapan
untuk mengisi kekosongan antara Anda dan pihak lain. Biasanya, pihak lain akan
merespon dengan konsesi atau memberikan kelonggaran.
- Ikan Haring Merah ( Red Herring )
Istilah
ini diambil dari kompetisi tua di Inggris, Berburu Rubah ( Fox Hunting
Competition ). Dalam kompetisi ini, tim lawan akan menyeret dan membaui
jejak rubah ke arah lain dengan ikan. Sehingga, anjing lawan akan terkecoh dan
kehilangan jejak. Sama halnya saat negosiator membawa "ikan amis"
atau isu lain ke meja perundingan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama
bahasan.
- Kelakuan Menghina ( Outrageous Behaviour )
Segala
bentuk perilaku - biasanya dianggap kurang bermoral dan tidak dapat diterima
oleh lingkungan- dengan tujuan memaksa pihak lain untuk setuju. Seperti pihak
manajemen muak dengan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal dan terpaksa
menandatangi kontrak dengan air mata kemudian membuangnya secara ganas dan
dramatis seolah - olah diliput oleh media. Tujuan dari taktik ini adalah untuk
menggertak orang - orang yang terlibat dalam negosiasi.
- Yang Tertulis ( The Written Word )
Adalah
persyaratan ditulis dalam perjanjian yang tidak dapat diganggu gugat.
Perjanjian, sewa guna usaha ( leasing ), atau harga di atas pahatan batu
dan sekarang di kertas ( uang ) adalah contoh - contoh Yang Tertulis.
- Pertukaran ( The Trade-off )
Taktik
ini digunakan untuk tawar - menawar. Pertukaran hanya menawarkan konsesi,
sampai semua pihak setuju dengan syarat - syarat. Sebenarnya, taktik ini
dipakai untuk kompromi.
- Ultimatum ( The Ultimatum )
Penggunaan
ultimatum kadang-kadang ( seldom ) efektif sebagai taktik pembuka dalam
negosiasi. Namun, suatu saat dalam sebuah negosiasi yang panjang saat Anda merasa
Anda perlu menggunakan taktik ini.
- Berjalan Keluar ( Walking Out )
Pada
beberapa situasi, berjalan keluar dapat digunakan sebagai strategi untuk
memberikan tekanan pada pihak lain.
- Kemampuan untuk Mengatakan "Tidak" ( The Ability to Say "No" )
Sebuah
taktik memepang peran sangat penting dalam segala macam strategi negosiasi dan
cara menyampaikannya secara tepat. Pertama dan paling dasar untuk mempelajari
taktik ini adalah bahwa apa pun bila mengatakan 'tidak' secara langsung,
diterjemahkan oleh pihak lain sebagai 'ya'.
Ø Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam
seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau
menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian
konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada empat
kuadran manajemen konflik:
1. Kuadran Kalah-Kalah
(Menghindari konflik)
Kuadran
keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan
mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya
tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban
dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus
dapat segera diselesaikan.
2. Kuadran Menang-Kalah
(Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik
dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita
untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar sebagai
pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam
pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau
kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan
bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga
sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian
yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang
(Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita
kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau
mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari
kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk
mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan
perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita
menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap
konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa
dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi
kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran
pertama.
4. Kuadran Menang-Menang
(Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik
kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan
menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang
mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama
memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya
berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.
Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari
kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka
panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa
masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak
lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua
kepentingan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar