Selasa, 18 Oktober 2016

Filsafat Jiwa Manusia



Filsafat Jiwa Pada Manusia


Banyak literatur mengatakan bahwa hampir seluruh realitas terdiri dari dua sisi yang berbeda tetapi saling melengkapi. Seperti halnya sebuah uang logam, dikatakan satu realitas jika kedua sisinya ada. Ketidak-adaan salah satu sisinya, menjadikan uang logam tersebut tidak menjadi satu uang logam. Melainkan sebelah uang logam. Begitupun realitas yang lain, dikatakan satu realitas jika lengkap kedua sisinya. Ada yang mengatakan terdiri dari esensi dan eksistensi, ada juga yang mengatakan terdiri dari jasmani dan rohani, ada juga yang mengatakan jiwa dan raga.
Namun pada praksisnya, keberadaan sisi yang satu sering diragukan. Hal ini terjadi, karena keberadaannya bersifat abstrak. Sehingga sulit untuk dibuktikan secara empiris. Apalagi setelah konsep ilmiah yang disepakati, mengharuskan unsur empiris sebagai syarat sesuatu dikatakan benar secara ilmiah.
Jiwa, sebagai salah satu bagian dari realitas yang bersifat abstrak sudah sering menjadi bahan kajian para ilmuwan terutama filosof. Kebaradaannya yang bersifat abstrak mengharuskan filosof memutar rasio untuk menemukan konsep pemikiran yang utuh dalam menjelaskannya. Terlebih lagi bagi para pemikir muslim yang sudah memiliki konsep jelas mengenai keberadaan jiwa dalam lieratur keislaman, namun masih memerlukan pembuktian.
Terdapat 2 aliran berbeda dalam filsafat manusia tentang jiwa manusia, yaitu Monisme dan Dualisme

Monisme

Merupakan aliran yang menolak pandangan dualisme. Badan dan jiwa merupakan satu substansi.
Monisme memiliki 3 bentuk: 
Ø  Materialisme
o    materi sebagai dasar bagi segala hal yang ada, disebut juga fisikalisme. Termasuk jiwa, bersumber dari materi
Ø  Teori Identitas
o    perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti, bukan referensi. Mengakui aktivitas mental manusia. Badan dan jiwa merupakan elemen yang sama
Ø  Idealisme
o    mengatakan bahwa ada hal yang tidak dapat diterangkan berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Rene Descartes dengan "cogito ergo sum" nya merupakan peletak dasar bentuk idealisme

Dualisme

Mengatakan bahwa badan dan jiwa adalah 2 elemen berbeda dan terpisah, dalam pengertian dan objek. Dualisme memiliki 4 bentuk:
Ø  Interaksionalisme
o    Fokus pada timbal-balik antara badan dan jiwa
Ø  Okkasionalisme
o    memasukan dimensi ilahi. Hubungan peristiwa mental dan fisik bisa terjadi dengan campur tangan ilahi
Ø  Paralelisme
o    ada 2 peristiwa yang berjalan beriringan, yaitu peristiwa mental dan fisik, namun satu tidak menjadi sumber bagi yang lainnya
Ø  Epifenomenalisme
o    melihayt hubungan jiwa dan badan melalui syaraf. Satu-satunya unsur untuk menyelidiki proses kejiwaan adalah syaraf.

Tanggapan Singkat

Ø  Pandangan monisme bertentangan dengan hakikat manusia. Plato berkata bahwa badan dan jiwa memiliki sifat yang berbeda. Badan bersifat sementara, dan jiwa yang bersifat abadi. Kelemahan monisme yaitu tidak bisa melihat bahwa pengalaman bersifat personal
Ø  Pandangan dualisme, khususnya paralelisme sulit diterima. Perbuatan baik muncul dari niat yang baik. Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani sekaligus

Badan Manusia

Adalah elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. Hakikat badan bukan pertama-tama terletak pada dimensi materialnya, tapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam badan.

Jiwa Manusia

Jiwa harus dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia. Jiwa manusia bukanlah makhluk halus. Jiwa menyadarkan manusia siapa dirinya. 
James P.Pratt mengatakan ada 4 kemampuan dasar jiwa manusia: 
Ø  Menghasilkan kualitas penginderaan
Ø  Menghasilkan makna dari penginderaan khusus
Ø  Memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
Ø  Memberi tanggapan pada proses dalam pikiran demi kebaikan
St.Augustinus mengatakan, manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan kegiatan mekanistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar