Intip Kebenaran Pendidikan Melalui Filsafat
Intip Kebenaran Pendidikan Melalui
Filsafat
Kebenaran adalah satu nilai utama
di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani
manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity)
selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas
utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai
kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak
sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan
human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat
manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk”
suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir
manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah
kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya
pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan kebenaran
tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spikologis. Menurut
para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut
bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain tingkatan
kualitasnya ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada
kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual,
ada pula kebenaran umum universal.
Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence
Masalah kebenaran menurut teori
ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa,
pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek,
maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence
theory of truth) ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu
terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan
atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian
pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan
sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent
(pernyataan)
2. Persesuaian
(agreemant)
3. Situasi
(situation)
4. Kenyataan
(realitas)
5. Putusan
(judgements)
Kebenaran adalah fidelity to
objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh
aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut
oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada
abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika
induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menuru
corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi
anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan
kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan
sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di
dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus
mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan
nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga
kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku.
Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus
dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai)
bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test)
atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika
kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan
hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat
yang lain.
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu
kebenarna bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab
apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya)
dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek
yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang
ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu
sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di
dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan
teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori
konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran.
Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran
tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut)
menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada perntentangan,
bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah dianggap
benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah
diterima kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis
coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C
Logika matematik yang deduktif memakai teori
kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar,
jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran
metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian
dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar
apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini
bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar,
maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran
dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe
problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka
berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan
dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada
di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian
dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu
teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu
mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis, mampu
memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara
efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the
pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil
itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan
kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility)
dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan
akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi
kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai
dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai
dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut
membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan
paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce
(1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan
bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang
dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri,
malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey
bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak
langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan
mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran adalah kesan subjek
tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika
keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar.
Kebenaran tak cukup hanya diukur
dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku
bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang
bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan
superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah
kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran
ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat,
budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran
agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari
kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan
demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama
atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan
haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk
kebenaran.
Fakta Pendidikan di Indonesia Kualitas pendidikan di
Indonesia bias dikatakan cukup rendah. Hal ini dikarenakan faktor tertentu.
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor pendidikan di Indonesia lemah yang
bersumber dari Google. 1)Pembelajaran Hanya Pada Buku Sebagian besar guru di
Indonesia hanya mengandalkan buku paket sebagai acuan pengajaran mereka tanpa
mencari sumber referensi lain. Sehingga wawasan yang dimiliki muridnya kurang
luas. 2)Pembelajaran Dengan Metode Ceramah Kebanyakan guru menggunakan metode
pembelajaran dengan satu cara, yaitu dengan ceramah. Tidak pernah mengajar
dengan melakukan percobaan di lingkungan sekitar atau dengan memanggil ilmuwan
ahlinya. Hal ini dikarenakan oleh biaya yang kurang memadai. 3)Kurangnya sarana
belajar 4)Peraturan Yang Terlalu Memikat Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai
dengan karakteristiknya. Sehingga mengganggu kreatifitas guru dan guru lebih
terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai
mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya. 5)Guru tidak
menanamkan Soal Bertanya Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah
diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru
menjelaskan. seolah-olah Anak "Dipaksa" mendengar dan mendapatkan
informasi sejak pagi sampai siang. Akibatnya siswa tidak berani bertanya.
6)Metode Pertanyaan Terbuka Tidak Terpakai Salah satu ciri negara FINLANDIA
yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian
guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku.
Sedangkan Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan
membuat soal terbuka. 7)Menyontek
Fakta Pendidikan di Indonesia Kualitas pendidikan di
Indonesia biasa dikatakan cukup rendah. Hal ini dikarenakan faktor tertentu.
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor pendidikan di Indonesia lemah yang
bersumber dari Google. 1)Pembelajaran Hanya Pada Buku Sebagian besar guru di
Indonesia hanya mengandalkan buku paket sebagai acuan pengajaran mereka tanpa
mencari sumber referensi lain. Sehingga wawasan yang dimiliki muridnya kurang
luas. 2)Pembelajaran Dengan Metode Ceramah Kebanyakan guru menggunakan metode
pembelajaran dengan satu cara, yaitu dengan ceramah. Tidak pernah mengajar
dengan melakukan percobaan di lingkungan sekitar atau dengan memanggil ilmuwan
ahlinya. Hal ini dikarenakan oleh biaya yang kurang memadai. 3)Kurangnya sarana
belajar 4)Peraturan Yang Terlalu Memikat Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai
dengan karakteristiknya. Sehingga mengganggu kreatifitas guru dan guru lebih
terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai
mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya. 5)Guru tidak
menanamkan Soal Bertanya Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah
diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru
menjelaskan. seolah-olah Anak "Dipaksa" mendengar dan mendapatkan
informasi sejak pagi sampai siang. Akibatnya siswa tidak berani bertanya.
6)Metode Pertanyaan Terbuka Tidak Terpakai Salah satu ciri negara FINLANDIA
yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian
guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Sedangkan
Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal
terbuka. 7)Menyontek
Ingatkah kita, saat kita sedang berada di
bangku sekolah? apakah ke 7 hal diatas pernah ada? jika iya,itu merupakan suatu
KEBENARAN. mari kita majukan pendidikan indonesia dengan pendidikan keluarga
nomor 1, karena dengan pendidikan keluarga semuanya persoalan akan
teratasi. minimal pada penidikan karakternya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar