Kamis, 27 Oktober 2016

Dampak Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi



Dampak Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi

 Dampak Positif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
            Banyak umat nasrani yang menganggap bahwa minat terhadap filsafat sebagai satu hal yang membuat kita menjadi ragu-ragu dan permainan api yang membahayakan. Dimasa gereja yang mula-mula terdapat orang-orang seperti Yustinus Martir (100- 165) dan Clement dari Alexandria (150-215), yang berusaha menyakinkan para pembacanya bahwa banyak orang kafir yang telah dipimpin kepada agama yang benar melalui filsafat, dan mereka mengatakan bahwa filsafat bagi orang-orang Yunani kuno merupakan semacam Perjanjian Lama bagi kaum Yahudi. Namun pandangan-pandangan seperti itu berhasil disingkirkan oleh penulis-penulis seperti Tertulianus (160-220) yang menentang semua Argumentasi mereka. Dia memaparkan bahwa hikmat dunia tanpa iman tidak akan pernah dapat membawa manusia kepada suatu pengenalan akan Kristus.
Filsafat tidak dimulai pada Abad Pertengahan, tetapi Abad Pertengahan merupakan titik tolak yang baik untuk memulai suatu catatan mengenai filsafat dan iman nasrani. Secara klasik, filsafat senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem dalam menafsirkan realitas. Kita bersyukur untuk kemajuan dalam filsafat karena ilmu itu lebih dipandang sebagai sumber yang menjelaskan makna dan hubungan. Charles Greshman menegaskan "ilmu filsafat sebagai suatu metode menaruh perhatian pada pikiran yang cermat. Ini merupakan suatu upaya untuk melihat segala hal seutuhnya dan menafsirkan data yang disajikan oleh seluruh aspek realitas. Sebagai isi ,filsafat berupaya menyuguhkan jawaban yang komphrehensif terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar. Teologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : apakah sifat manusia ? apakah tujuan kita hidup? Walaupun Kitab Suci berbicara dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan berikut, justru ilmu filsafatlah yang berinteraksi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan ini : Apakah hakekat realitas (metafisika)? Apakah yang menjadi asal mula dari alam dan manusia? Apakah hakikat pengetahuan? dan bagaimana seseorang dapat mengetahui sesuatu (epistimologi)? Apakah tujuan akhir dari manusia dan dunia? Dalam hal ini, Allah SWT dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga. Dengan pernyataan diatas, Penulis melihat bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan, dapat memberikan dampak postif juga dalam perkembangan ilmu teologi.


Dampak Negatif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
            Selain kegunaan filsafat berdampak postif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teologi, ternyata filsafat pun dapat membawa dampak negatif juga bagi perkembangan teologi. Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar mahakuasa. Oleh sebab itu manusia mulai memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah segala-galanya. Sehingga manusia lebih cenderung memfokuskan diri terhadap ilmu pengetahuan dan mulai meninggalkan iman mereka. Disamping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas. Filsafat menggiring manusia untuk berpikir lebih realitas, sehingga dari hasil tersebut membawa manusia mulai berpikiran liberal. Menurut Sunoto, filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati. Jika teologi dimulai dari “saya percaya adanya Tuhan”. Sedangkan filsafat mampu bertanya, “Ada apa dibelakang Tuhan? Siapa yang ada sebelum Allah SWT? Bila Tuhan belum ada, siapa yang memerintah? Bagaimana rupa dan wujud Allah SWT? Apa yang ada dalam pikiran Allah SWT?
 Oleh sebab itu filsafat pun dapat memberikan dampak yang negatif dalam teologi yaitu manusia menjadi berpikir liberal dan pada akhirnya menajadikan suatu bidat atau aliran-aliran yang menentang adanya Tuhan. Semakin manusia tersebut berpikir radikal tanpa memegang iman percayanya, secara otomatis manusia tersebut akan terbawa arus filsafat yang berpikir liberal dan akhirnya iman percayanya kepada Tuhan pun mulai “mati” secara rohani. Salah satu contoh ialah pengaruh dari teori Darwin yang mengakar dalam ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham komunis yang menyatakan bahwa tidak ada Allah atau  paham Atheis. Dan ini pun terjadi pada abad-abad pertengahan yang memiliki cara pandang tersendiri terhadap perkembangan ilmu teologi. Dan akhirnya muncul Teologi Liberal yang tahun-tahun akhir abad 18 dan seluruh abad 19 yang cenderung menggunakan rasio pikiran mereka daripada iman percaya mereka terhadap Tuhan. sehingga muncul banyak aliran-aliran dari cara pandang teologi tersebut, hingga saat ini pun berdampak besar bagi perkembangan teologi yang kita rasakan sampai hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar