Dampak Pengaruh Filsafat Terhadap
Teologi
Dampak Positif Pengaruh Filsafat Terhadap
Teologi
Banyak umat nasrani yang menganggap
bahwa minat terhadap filsafat sebagai satu hal yang membuat kita menjadi
ragu-ragu dan permainan api yang membahayakan. Dimasa gereja yang mula-mula
terdapat orang-orang seperti Yustinus Martir (100- 165) dan Clement dari
Alexandria (150-215), yang berusaha menyakinkan para pembacanya bahwa banyak
orang kafir yang telah dipimpin kepada agama yang benar melalui filsafat, dan
mereka mengatakan bahwa filsafat bagi orang-orang Yunani kuno merupakan semacam
Perjanjian Lama bagi kaum Yahudi. Namun pandangan-pandangan seperti itu
berhasil disingkirkan oleh penulis-penulis seperti Tertulianus (160-220) yang
menentang semua Argumentasi mereka. Dia memaparkan bahwa hikmat dunia tanpa
iman tidak akan pernah dapat membawa manusia kepada suatu pengenalan akan
Kristus.
Filsafat
tidak dimulai pada Abad Pertengahan, tetapi Abad Pertengahan merupakan titik
tolak yang baik untuk memulai suatu catatan mengenai filsafat dan iman nasrani.
Secara klasik, filsafat senantiasa terlibat dalam perkembangan sistem-sistem
dalam menafsirkan realitas. Kita bersyukur untuk kemajuan dalam filsafat karena
ilmu itu lebih dipandang sebagai sumber yang menjelaskan makna dan hubungan. Charles
Greshman menegaskan "ilmu filsafat sebagai suatu metode menaruh perhatian
pada pikiran yang cermat. Ini merupakan suatu upaya untuk melihat segala hal
seutuhnya dan menafsirkan data yang disajikan oleh seluruh aspek realitas.
Sebagai isi ,filsafat berupaya menyuguhkan jawaban yang komphrehensif terhadap
pertanyaan-pertanyaan mendasar. Teologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
: apakah sifat manusia ? apakah tujuan kita hidup? Walaupun Kitab Suci
berbicara dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan berikut, justru ilmu
filsafatlah yang berinteraksi secara langsung dengan pertanyaan-pertanyaan ini
: Apakah hakekat realitas (metafisika)? Apakah yang menjadi asal mula dari alam
dan manusia? Apakah hakikat pengetahuan? dan bagaimana seseorang dapat
mengetahui sesuatu (epistimologi)? Apakah tujuan akhir dari manusia dan dunia?
Dalam hal ini, Allah SWT dimengerti sebagai Realitas yang paling mengagumkan
dan mendebarkan. Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat
juga. Dengan pernyataan diatas, Penulis melihat bahwa filsafat sebagai ilmu
pengetahuan, dapat memberikan dampak postif juga dalam perkembangan ilmu
teologi.
Dampak
Negatif Pengaruh Filsafat Terhadap Teologi
Selain kegunaan filsafat berdampak
postif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teologi, ternyata filsafat
pun dapat membawa dampak negatif juga bagi perkembangan teologi. Memang harus
diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga manusia mulai
percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar mahakuasa. Oleh sebab itu manusia
mulai memandang bahwa ilmu pengetahuan adalah segala-galanya. Sehingga manusia
lebih cenderung memfokuskan diri terhadap ilmu pengetahuan dan mulai
meninggalkan iman mereka. Disamping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan
asas dan hakikat realitas. Filsafat menggiring manusia untuk berpikir lebih
realitas, sehingga dari hasil tersebut membawa manusia mulai berpikiran
liberal. Menurut Sunoto, filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk
memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati. Jika teologi
dimulai dari “saya percaya adanya Tuhan”. Sedangkan filsafat mampu bertanya,
“Ada apa dibelakang Tuhan? Siapa yang ada sebelum Allah SWT? Bila Tuhan belum
ada, siapa yang memerintah? Bagaimana rupa dan wujud Allah SWT? Apa yang ada
dalam pikiran Allah SWT?
Oleh sebab itu filsafat pun dapat memberikan
dampak yang negatif dalam teologi yaitu manusia menjadi berpikir liberal dan
pada akhirnya menajadikan suatu bidat atau aliran-aliran yang menentang adanya
Tuhan. Semakin manusia tersebut berpikir radikal tanpa memegang iman
percayanya, secara otomatis manusia tersebut akan terbawa arus filsafat yang
berpikir liberal dan akhirnya iman percayanya kepada Tuhan pun mulai “mati”
secara rohani. Salah satu contoh ialah pengaruh dari teori Darwin yang mengakar
dalam ilmu pengetahuan dan munculnya paham-paham komunis yang menyatakan bahwa
tidak ada Allah atau paham Atheis. Dan
ini pun terjadi pada abad-abad pertengahan yang memiliki cara pandang
tersendiri terhadap perkembangan ilmu teologi. Dan akhirnya muncul Teologi
Liberal yang tahun-tahun akhir abad 18 dan seluruh abad 19 yang cenderung
menggunakan rasio pikiran mereka daripada iman percaya mereka terhadap Tuhan.
sehingga muncul banyak aliran-aliran dari cara pandang teologi tersebut, hingga
saat ini pun berdampak besar bagi perkembangan teologi yang kita rasakan sampai
hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar