Filsafat Ilmu & Logika (pada ilmu pasti)
Matematika
Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Matematika memiliki sifat kuantitatif yang bisa meningkatkan
daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika pada garis besarnya merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Aliran dalam filsafat matematika : logistik intuisionis, formalis
Aliran dalam filsafat matematika : logistik intuisionis, formalis
Matemtika berfungsi :
1) Matematika
sebagai bahasa: melambangkan serangkaian mkna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan.
2)
Lambang bersifat “arti fisial” yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
3) Matematika
menutupi kekurangan bahasa verbal ( hanya satu arti = x).
Sifat
Kuantitatif Dari Matematika
Kelebihan
lain dari Matematikamengembangkan bahasa numeric yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran kuantitatif.
Matematika: Sarana Berpikir Deduktif, yaitu Proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premispremis yang kebenarannya sudah ditentukan.
Statistika
Matematika: Sarana Berpikir Deduktif, yaitu Proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premispremis yang kebenarannya sudah ditentukan.
Statistika
Statistika memberikan cara untuk dapat
menarik kesmpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang besangkutan. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan
kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarka peluang.
Matematika
Merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika
bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif Statistika dan Cara Berpikir Induktif, Ilmu
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana
konsekuensinya dapat diuji baik mempergunakan pancaindera, mempergunakan
alat-alat yang membantu pancaindera. Pengujian secara empiris merupakan salah
satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan.
Jika Hipotesis didukung oleh fakta-fakta
empiris maka hipotesis diterima atau disahkan kebenarannya. Dan jika hipotesis
bertentangan dengan kenyataan maka hipotesis itu ditolak. Pengujian
mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus
yang bersifat individual, dan menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif.
Penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari
pernyataan yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi. Logika deduktif
berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan,
logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk
melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Penalaran deduktif, kesimpulan yang ditarik adalah benar, premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Penalaran induktif, premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, kesimpulan itu belum tentu benar.Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.
Penalaran deduktif, kesimpulan yang ditarik adalah benar, premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Penalaran induktif, premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, kesimpulan itu belum tentu benar.Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang ini dengan eksak.
Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Statistika
memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Kesimpulan dari statistika ditarik
berdasarkan contoh (sample) dari populasi yang bersangkutan, tidak selalu akan
seteliti kesimpulan yang ditarik berdasarkan sensus (mengamati keseluruhan
populasi). Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian
dari kesimpulan yang ditarik, yang pokoknya didasarkan pada azas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat
ketelitian kesimpulan.
Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil maka
makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Statistika juga memberikan kemampuan
untuk mengetahui suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat
kebetulan atau memang benar-benar terkait suatu hubungan yang bersifat empiris.
Statistika berfungsi meningkatkan
ketelitian pengamatan dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan
hubungan semu yang bersifat kebetulan. Statistika memberikan sifat yang
pragmatis kepada penelaahan keilmuan; bahwa suatu kebenaran absolut tidak
mungkin dapat dicapai, bahwa suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
dapat diperoleh. Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, tanpa statistika hal ini tak mungkin
dapat dilakukan.
Hanya logika deduktif yang berkaitan
dengan matematika sedangkan logika induktif justru berkaitan dengan statistika.
Penarikan kesimpulan deduktif dan induktif keduanya mempunyai kedudukan yang
sama pentingnya dalam penelaahan keilmuan. Pendidikan statistika, menurut Ferguson,
pada hakikatnya adalah pendidikan dalam metodeilmiah.
Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
Matematika sebagai Sarana Ilmu Pengetahuan
A.
Matematika
Sebagai Bahasa
Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang
ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal
mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada
bahasa verbal, kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan
emosional dari bahasa verbal. Contoh: menghitung “kecepatan jalan kaki seorang
anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita lambangkan Y, “waktu
berjalan kaki seorang anak” kita lambangkan Z, maka kita dapat melambangkan
hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya jelas tidak mempunyai
konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X,
Y dan Z. Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas,
spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak bersifat
emosional.
B.
Matematika
sebagai Sarana Berpikir Deduktif
Matematika
merupakan ilmu deduktif. Karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
tidak didasari atas pengalaman, melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi
(penjabaran-penjabaran). Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Pernyataan-pernyataannya
mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam
bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan
yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh:
jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan
dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C.
C.
Matematika
untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial
Matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan
mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses dan
teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.
Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan alam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar.
Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan
penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran,
disamping hal lain seperti bahasa, metode dan lainnya.
Adapun ilmu-ilmu
sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang
dihadapinya tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan
pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
Statistika sebagai
Sarana Ilmu Pengetahuan
i.
Pengertian
statistik
Pada mulanya kata
statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh negara
dan berguna bagi negara.
Secara etimologi,
kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai
“kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif)
maupun data yang tidak berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti
penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan
selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan
yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Ditinjau dari segi
terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian;
1.
Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data
statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan.
2.
Sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan
atau kegiatan penstatistikan.
3.
Kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistik yaitu
cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun,
atau mengatur, menyajikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap
sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat
memberikan pengertian makna tertentu.
4.
Istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi pengertian
sebagai “ilmu statistik”, ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahap-tahap yang adadalam
kegiatan statistik atau ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan
memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh dalam
rangka;
a.
Pengumpulan data angka
b.
Penyusunan atau pengaturan data angka
c.
Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
d.
Penganalisisan terhadap data angka
e.
Penarikan kesimpulan (conclusion)
f.
Pembuatan perkiraan (estimation)
g.
Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal
ini secara matematik) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.
Dalam kamus ilmiah
populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka,
informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan
klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
ii.
Tujuan
Pengumpulan Data Statistik
Tujuan ini dibagi
menjadi dua golongan besar yaitu;
a.
Tujuan kegiatan praktis
Dalam kegiatan
praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling
tidak secara prinsip, dimana konsekuensi dalam memilih salah satu dari
alternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang
akan terjadi.
b.
Tujuan kegiatan keilmuan
Kegiatan statistika
dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang
konsekuensinya sama sekali belum diketahui. Dengan demikian konsekuensi dalam
melakukan kesalahan dapat diketahui secara lebih pasti dalam kegiatan praktis
dibandingkan dengan kegiatan keilmuan.
iii.
Statistika
dan Cara Berpikir Induktif
Ilmu secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual, dimana
konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun
dengan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut. Statistika merupakan
pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Kesimpulan yang ditarik dalam
penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang dipergunakan adalah
benar danprosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran
induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tapi
kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar.
Statistik merupakan sarana berpikir
yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari
perangkat metode ilmiah, statistik membantu kita untuk melakukan generalisasi
dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan
terjadi secara kebetulan.
iv.
Peranan
statistika dalam tahap-tahap Metode Keilmuan
Langkah-langkah
yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci sebagai
berikut;
a.
Observasi
Statistik dapat mengemukakan secara terperinci tentang
analisis yang akan dipakai dalam observasi.
b.
Hipotesis
Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang
sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis. Dalam tahap kedua ini statistika
membantu kita dalam mengklasifikasikan hasil observasi.
c.
Ramalan
Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang
dikemukakan memenuhi syarat deduksi akan menjadi pengetahuan baru. Fakta baru
ini disebut ramalan.
d.
Pengujian kebenaran
Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari
tahapan-tahapan berulang seperti sebuah siklus.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan
cara untuk dapat menaruk kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan
secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut.
Statistika juga
memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau memang
benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar