Jumat, 21 Oktober 2016

Filsafat Bahasa Serta Peranannya



Filsafat Bahasa Serta Peranannya


Filsafat bahasa adalah penyelidikan beralasan ke alam, asal-usul, dan penggunaan bahasa. Sebagai topik, filsafat bahasa bagi para filsuf analitik berkaitan dengan empat masalah utama sifat makna, penggunaan bahasa, kognisi bahasa, dan hubungan antara bahasa dan realitas. Untuk filsuf kontinental. Namun, filsafat bahasa cenderung ditangani, bukan sebagai topik yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari logika, sejarah atau politik. 
Pertama, filsuf bahasa  menanyakan sifat makna, dan berusaha untuk menjelaskan apa artinya "berarti" sesuatu. Topik dalam pembuluh darah yang meliputi sifat sinonim, asal-usul makna itu sendiri, dan bagaimana makna yang bisa benar-benar diketahui. Proyek lain di bawah judul ini kepentingan khusus filsuf analitik bahasa adalah penyelidikan cara yang tersusun menjadi kalimat keluar keseluruhan bermakna arti bagian-bagiannya.
Kedua, mereka ingin memahami apa yang pembicara dan pendengar lakukan dengan bahasa dalam komunikasi, dan bagaimana digunakan sosial. Kepentingan khusus dapat meliputi topik pembelajaran bahasa, penciptaan bahasa, dan tindak tutur.
Ketiga, mereka ingin tahu bagaimana bahasa berkaitan dengan pikiran baik dari pembicara dan penerjemah. Dari minat tertentu adalah dasar untuk terjemahan keberhasilan kata menjadi kata lain.
Akhirnya, mereka menyelidiki bagaimana bahasa dan makna berhubungan dengan kebenaran dan dunia. Filsuf cenderung kurang peduli dengan kalimat yang sebenarnya benar, dan banyak lagi dengan jenis apa makna bisa benar atau salah. Seorang filsuf berorientasi kebenaran bahasa mungkin bertanya-tanya apakah suatu kalimat bermakna bisa benar atau salah, atau apakah kalimat dapat mengekspresikan proposisi tentang hal-hal yang tidak ada, bukan seperti kalimat yang digunakan.
Bahasa dan filsafat berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari siang ke petang, dari hari kemarin ke hari esok. Seseorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu ada, begitu juga dengan adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi, bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu.

Spekulasi Asal-usul Bahasa
Kendati setiap manusia berbahasa dan melalui bahasa mereka dapat berinteraksi dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta bahasalah yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, tidak banyak orang memberikan perhatian pada asal usul bahasa. Orang hanya take for granted bahwa bahasa hadir bersamaan dengan kehadiran manusia, sehingga di mana ada manusia, di situ pula ada bahasa. Jadi bahasa adalah given. Orang mulai menanyakan asal mula bahasa ketika ada persoalan mengenai hubungan antara kata dan makna, tanda dan yang ditandai, hakikat makna, dan perbedaan makna kata yang mengakibatkan kesalahpahaman. Para ahli lebih memberikan perhatian pada bentuk bahasa, ragam bahasa, perubahan bahasa, wujud bahasa, struktur bahasa, fungsi bahasa, pengaruh bahasa, perencanaan bahasa, pengajaran bahasa, perolehan bahasa, evaluasi dan sebagainya daripada melacak sejarah kelahirannya. Padahal dengan mengetahui sejarah kelahirannya akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh tentang bahasa.
Namun demikian asal usul bahasa atau sejarah bahasa tetap obscure dan studi tentang asal usul bahasa tidak sesemarak bidang-bidang kebahasaan yang lain. Mengapa? Jawabannya sederhana dan spekulatif. Sebab, karena tidak terdapat bukti yang cukup untuk menyimpulkan kapan sejatinya pertama kali bahasa digunakan oleh manusia, siapa yang memulai dan bagaimana pula memulainya.
Ahli-ahli menyimpulkan kapan bahasa pertama kali digunakan manusia, para ahli bahasa justru sepakat bahwa tidak seorang pun mengetahui secara persis kapan bahasa awal mula ada, di mana, bagaimana membuatnya dan siapa yang mengawalinya. Ungkapan yang lazim mengatakan bahwa sejarah bahasa dimulai sejak awal keberadaan manusia. Dengan demikian, sejarah bahasa berlangsung sepanjang sejarah manusia.
Pengertian Filsafat Bahasa
Perhatian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analatika hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai macam konsep filosofis.
Secara keseluruhan filsafat bahasa dapat dikelompokkan atas dua pengertian
i.            Perhatian filsuf terhadap bahasa dalam menganalisis, memecahkan, dan menjelaskan problema dan konsep-konsep filosofis
ii.            Perhatian filsuf terhadap bahasa sebagai objek materi yaitu membahas dan mencari hakikat bahasa yang pada gilirannya menjadi paradigma bagi perkembangan aliran dari teori-teori linguistik (Kaelan, 1998:5).
Berdasarkan pengertian di atas bahasa sebagai sarana analisis para filsuf dalam memecahkan, memahami, dan menjelaskan konsep, problema, filsafat (bahasa sebagai subjek). Dan yang kedua bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri.

Defenisi Bahasa dan Filsafat
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
Berdasarkan definisi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem.
Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.
Sedangkan Filsafat, jika dilihat dari ilmu asal-usul kata (etimologi), istilah filsafat diambil dari kata falasafah yang berasal dari bahasa Arab. Istilah ini diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “philosophia´ Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love), dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dengan demikian, secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom) secara mendalam. Dari sini terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa filosof (filsuf, failasuf) adalah seorang yang sangat cinta akan kebijaksanaan secara mendalam.

Peranan Filsafat Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa
Kegunaan dan peranan filsafat bahasa itu sangat penting pada pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus kepada hakekat bahasa juga sudah termasuk perkembangannya.
Pada dasarnya perkembangan filsafat analatika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok yaitu atomisme logis, positivisme logis, dan filsafat bahasa biasa. Aliran filsafat bahasa juga memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya adalah kekaburan makna, bergantung pada konteks, penuh dengan emosi dan menyesatkan.
Jadi peranan filsafat bahasa jelas sangat penting atau berpengaruh terhadap perkembangan ilmu bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas ucapan tata bahasa dan kosakata filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti atau arti bahasa. Masalah pokok yang dibahas dalam bahasa lebih berkenaan dengan bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti sehingga analisa bahasa tidak lagi dimengerti atau tidak lagi dianggap harus didasarkan pada logika teknis baik logika formal maupun matematika tetapi berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu mempelajari bahasa biasa menjadi syarat mutlak bila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat, karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar