Selasa, 18 Oktober 2016

Pemikiran Filsafat Sejarah Formal dan Material Zaman Moderen

Pemikiran Filsafat Sejarah Formal dan Material Zaman Moderen

( George Wilhelm Friedrich Hegel )


George Wilhelm Friederick Hegel atau biasa dikenal dengan Hegel lahir di stuttgart  pada tahun 1770 saat era keemasan bangsa jerman. Ketertarikanya pada penulis- penulis Yunani, plato dan Aristoteles yang membawanya untuk menekuni teologi di sekolah Tubingen pada usia 18 tahun. Di tempat ini juga ia menaruh perhatian pada hubungan antara filsafat dan teologi yang menjadi embrio dari Pemikiran Hegel di kemudian hari.
Pemikiran Hegel lebih menekankan pada hubungan filsafat sejarah yang mana ia banyak mengkaji tentang berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya ’realitas mutlak’ atau ruh mutlak atau idealisme mutlak dalam kehidupan. Sehingga sangat mempengaruhi dalam memandang sejarah secara global.hal ini terbukti saat dialektikanya mampu memasukkan pertentangan didalam sejarah sehingga dapat mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis.
Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual.
Filsafat Hegel dikenal sebagai salah satu Filsafat yang sulit dipahami dan di mengerti karena Hegel menggunakan Istilah-istilah yang terlalu teknis dan terkesan ekstrem. Disamping itu, Hegel senang mengunakan hal-hal yang paradoks. Hegel yakin bahwa paradoks adalah  hukum realitas, sebagaimana hukum pemikiran. Ambisi Hegel adalah menyusun suatu sistem filsafat sintesis. Kalau Aristoteles boleh disebut sebagai filusuf yang berhasil menyintesiskan pemikiran-pemikiran Yunani dan Thomas Aqinas melalui Summa Teologica nya yang berhasil menyatukan pengetahuan abad pertengahan, maka Hegel berusaha pula menyatukan Ilmu dan Filsafat abad XIX.

Menurut Hegel, sejarah adalah perkembangan Roh dalam waktu, sedangkan alam adalah perkembangan ide dalam ruang. Jika kita memahami kalimat di atas, tentu kita akan memahami filsafat sejarah Hegel. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas tiga unsur utama (the great triad): Ide- Alam- Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah sesuatu yang terus berkembang, dinamika realitas dari dan yang berdiri dibalik layar- atau sebelum-dunia. Antitesis dari ide yang berada di luar dirinya, yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat ide menjadi sadar akan dirinya sendiri. Kesadaran diri ini oleh Hegel disebut Roh, sedangkan antitesis ide dan Alam dan perkembangan dari kesadaran ini adalah sejarah. Seluruh proses dunia adalah suatu perkembangan roh. Sesuai dengan hukum dialektika roh meningkatkan diri tahap demi tahap kepada yang mutlak. Sesuai dengan perkembangan roh ini, maka filsafat Hegel disusun dalam tiga tahap yaitu:
a)      Tahap ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”.
b)      Tahap ketika roh berada dalam keadaan “berada dengan dirinya sendiri”, berada dengan “yang lain”. roh disini keluar dari dirinya sendiri yang menjadikan dirinya “di luar” dirinya dalam bentuk alam, yang terikat oleh ruang dan waktu.
c)      Tahap ketika roh kembali kepada dirinya sendiri, yakni kembali dan berada diluar dirinya sehingga roh berada dalam keadaan “dalam dirinya dan bagi dirinya sendiri”.

Hegel membedakan tiga macam penulisan sejarah yaitu
1)       Penulisan sejarah orisinal
2)        Penulisan sejarah reflektif
3)      Sejarah filsafati
Pembagian ini, secara kasar, paralel dengan pembedaan antara roh objektif, subjektif, dan mutlak. Dalam hal penulisan sejarah orisinal, hendaknya kita ingat akan laporan-laporan saksi-saksi mata yang dapat diberikan seorang sezaman mengenai peristiwa-peristiwa yang  terjadi pada zamannya sendiri, seperti misalnya karangan anak agung Gde Agung mengenai perjanjian renville. Di sini, masa silam seolah-olah berbicara sendiri; di sini, budi yang hadir di dalam hal ikhwal (budi Obyektif) angakat bicara. Akan tetapi, budi hanya berbicara dan belum mulai berefleksi mengenai dirinya sendiri. Ini baru terjadi dalam penulisan sejarah reflektif yang ambil jarak terhadap masa silam, sehingga menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh subyek yang tahu (roh subyektif ).
            Berhubung Budi itu menurut bentuk penampilan obyektif mewujudkan sejarah- Hegel akan menulis bahwa Budi menguasai dunia- maka hanya sejarah filsafati dapat memperoleh suatu pengertian definitif mengenai sifat sejarah. Dalam sejarah filsafati, Budi mengenal kembali dirinya sendiri dalam bentuk yang dihasilkan oleh penampilan diri lewat proses sejarah. Dalam filsafat sejarah Budi mengenal kembali dirinya sendiri. Mengenai masa mendatang Hegel membatasi diri pada pernyataan yang sangat umum, bahwa pada masa mendatang, roh mutlak akan jaya. Ia menolak membuat ramalan-ramalan konkret mengenai masa yang akan datang.
            Pengertian abstrak bahwa dalam sejarah Budi mencapai pengenalan diri, diterjemahkan oleh Hegel dengan dengan dua cara, dengan istilah-istilah historis dan sosial. Pertama-tama, Hegel membela pendapat, bahwa kemerdekaan sejajar dengan pengertian dan pengetahuan. Bila Hegel berbicara tentang negara, ia tidak hanya meneropong bentuk pemerintahan sentral seperti dikembangkan oleh berbagai bangsa pada masa kini maupun masa lampau,melainkan apa yang pada zamannya dinamakan “Nation” (Volk). Negara, menurut pengertian Hegel, ialah semua bentuk kehidupan sosial serta kaitan-kaitan antar kesatuan-kesatuan kultural dan politik. Negara meliputi tradisi-tradisi politik dan rohani , moral dan religius seperti dimiliki oleh suatu “Bangsa”.
            Pandangan Hegel terhadap kemerdekaan nampaknya tak terduga dan mengejutkan, tetapi dapat kita terima bila ingat akan pandangan Hegel mengenai sifat paaradoksal yang terdapat dalam hubungan antara tuan dan abdi. Kesimpulan yang di tarik oleh Hegel ialah kita tidak dapat membayangkan kemerdekaan sebagai sesuatu yang hanya dimiliki sang juragan. Andaikata hanya sang juragan merdeka, maka kemerdekaaan dalam kenyataan tiada lagi. Kemerdekaan hanya terdapat bila itu dibagi antara juragan dan abdi. Seterusnya ini berarti pula, bahwa kemerdekaan merupakan sebuah konsep relasional, yang menyangkut hubungan antara dua orang. Perlu dicatat bahwa pengertian tuan dan juragan serta abdi hendaknya dimengerti dalm arti yang sangat luas.
            Banyak orang merasa sangsi akan kebenaran pendapat Hegel, bahwa Budi menguasai perkembangan sejarah, seolah akal Budi membimbing sejarah dunia. Bukankah masa silam sering nampak sebagai suatu proses yang kacau balau, penuh perbuatan yang tidak masuk akal dan yang penuh pamrih. Keberatan serupa itu oleh Hegel ditangkis dengan konsepnya mengenai “akalnya Budi”. Pertama-tama kita harus mengambil langkah prinsipiil, jangan melihat sejarah dalam perspektif individu-individu yang masing-masing berbuat sesuatu di panggung sejarah, melainkan dalam perspektif jaringan perbuatan-perbuatan manusia yang kait-mengait. Bahkan oleh Hegel ditekankan, bahwa unsur “irasional” dalam perbuatan manusia justru mengabdi kepada kepentingan Budi. Bila dipandang dari sudut tertentu, maka unsur irasional merupakan keharusan agar Budi dapat melaksanakan diri.
            Hawa napsu manusia perlu, untuk mendorong bahtera sejarah yang kemudinya dipegang oleh Budi. Bersama-sama, akal budi dan hawa napsu menjalin proses sejarah bagaikan tenunan yang ada benang langsing dan melintang. “Budi sendiri merupakan kenyataan, tetapi hawa napsu adalah lengannya guna meraih sesuatu. “Budi seolah-olah mempergunakan hawa napsu manusia untuk melaksanakan diri. Budi mempergunakan dan menyalahgunakan manusia untuk mencapai tujuannya sendiri. Bila tujuan itu sudah tercapai, maka biasanya nasib tokoh-tokoh sejarah lalu menjadi buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar