Filsafat Naturalisme
Naturalisme adalah sebutan untuk diberikan kepada pandangan
filosofis yang memberikan suatu peranan menentukan atau bahkan suatu peranan
eksklusif kepada alam. Naturalisme juga memiliki sifat hukum alam dengan ciri
kualitatif dan ciri kuantitatif. Ciri kualitatif yaitu suatu ciri yang melekat
pada gejala alam dan muncul pada berbagai masa perkembangan alam. Sedangkan
ciri kuantitatif merujuk pada kenyataan bahwa gejala alam memiliki besaran
tertentu yang dapat dihitung dan dapat diukur secara sistematis.
Dalam naturalisme terdapat beberapa ajaran, antara lain: Monoistik,
Antisupernaturalistik, Ilmiah, dan Humanistik. Monoistik mengajarkan bahwa alam
adalah satu-satunya kenyataan. Alam adalah abadi, bekerja sendiri, memenuhi
dirinya sendiri, bergantung pada dirinya sendiri. Alam tidak transenden. Alam
tidak ada reinkarnasi.
Antisupernaturalistik mengajarkan semua gejala dapat dijelaskan
berdasar pada saling hubungan yang inheren dari peristiwa-peristiwa alami.
Tidak ada kenyataan kecuali proses dalam ruang dan waktu. Tidak ada sebab-sebab
yang bukan alami. Alam memiliki strukturnya sendiri.
Menurut ajaran ilmiah, Gejala-gejala alam dapat secara memadai
dijelaskan dengan meningkatkan metodologi ilmu. Semua gejala dalam prinsipnya
dapat dijelaskan dengan metode-metode ilmiah. Semua gejala dapat dapat
dijelaskan dalam metodologi ilmiah. Pengetahuan dapat diperoleh hanya dengan
metodologi ilmu yang logis-empiris. Intuisi, pengalaman, mistik, kepercayaan,
dan wahyu ditolak sebagai sarana untuk mengantarkan pada kebenaran.
Humanistik mengajarkan bahwa kemanusiaan adalah salah satu dari
banyak manifestasi alami dari alam semesta. Kodrat etis dan estetik manusia
memiliki dasar pada gejala-gejala alami. Nilai-nilai dibuat oleh manusia tetapi
secara realistik berdasarkan pada keadaan-keadaan alam. Nilai-nilai tidak
memiliki sumber atau sanksi.
Kosmologi dianggap sebagai
pendahulu ilmu pengetahuan alam. Istilah kosmologi sering dilawankan dengan
kata chaos (ketiadaan bentuk). Dalam mitologi Yunani, chaos diyakini
sebagai makhluk hidup pertama. Keyakinan mistis tersebut mendapat tentangan
luas di Ionia. Para pemikir Ionia mengatakan bahwa terdapat keteraturan dalam
pergerakan alam yang memungkinkan manusia untuk mempelajari rahasia-rahasia
tersembunyi di dalamnya.
Dalam membentuk pemahaman, kosmolog mengusulkan bahwa sejarah alam
semesta telah diatur sepenuhnya oleh hukum-hukum fisika. Teori alam semesta
tersebut, pertama kali diusulkan oleh Roger Bacon.
Berbicara tentang filsafat naturalisme, berarti membicarakan juga
kosmologi. Naturalisme dan kosmologi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Pada
zaman Yunani kuno, kosmologi menjadi bagian yang dijadikan sebagai keyakinan
mengenai keberadaan alam semesta. Kosmologi sendiri merupakan istilah yang
melekat pada pengkajian tentang alam semesta.
Untuk mengetahui bagaimana cara berpikir dan cara bekerja, banyak
pandangan-pandangan yang berbeda dalam menginterpretasikannya. Salah satu di
antaranya pandangan menurut Bakker, dalam filsafat naturalisme terdapat
sekurang-kurangnya tiga metode yang penting. Pertama, metode kritis yang
membicarakan bermacam-macam teori ilmiah filosofis dengan menyelidiki konsistensi
intrinsik pada teori-teorinya yang disesuaikan dengan teori ilmu khusus dan
menggunakan pengalaman hidup sehari-hari disertai teknik-teknik kritis. Kedua,
metode fenomenologi yang merefleksikan gejala-gejala hidup sehari-hari sejauh
disadari oleh subyek. Di dalam fenomena yang terbatas dan tercatat diusahakan
membaca sekali pengalaman asli dan fundamental yang tersembunyi di dalamnya.
Ketiga, metode transendental yang bertitik tolak dari fenomena manusiawi yang
paling sentral yaitudari fakta kegiatannya.
Pendapat lain mengatakan bahwa urutan cara kerja ilmu alam adalah
melalui pemikiran dilanjutkan dengan hipotesa, perluasan dan perincian
hipotesa, dari hipotesa menuju hukum alam, dari hukum alam maka menghasilkan
teori ilmiah. Pendapat tersebut
dimungkinkan terjadi, sebab filsafat naturalisme merupakan pemikiran yang tidak
bisa terlepaskan dari alam.
Cara kerja tersebut juga digunakan oleh para filosof Yunani kuno
untuk mengidentifikasi alam semesta, tentang bagaimana asal-usul terbentuknya
alam semesta. Juga tentang eksistansialisme alam semesta ini.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah
Thales yang mengatakan asal alam adalah air, karena air adalah unsur penting
bagi setiap makhluk hidup. Air dapat berubah menjadi gas, uap, dan es.
Menurutnya, bumi juga berada di atas air.
Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan yang mendasar tentang
alam semesta, api sebagai aktor penyebabnya. Api adalah aktor pengubah dalam
alam karena api bisa melelehkan es dan mengembangkan udara. Menurutnya, bumi
berisi api yang selalu menyala untuk mengembangkan bumi.
Pythagoras
juga berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan unsur yang terdapat dalam segala
sesuatu. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak
terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar