Analisis Artikel Peningkatan
Mutu Pembelajaran di Sekolah
Disusun Oleh :
Raden Milan Nurmilah (
2227150019 )
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TRITAYASA
SERANG
- 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya ucapkan ke hadirat Allah Yang
Maha Esa karena atas segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan analisis
artikel ini untuk memenuhi tugas
Strategi Pembelajaran. Tugas ini di buat dengan
sungguh-sungguh dengan melalui pencarian artikel yang saya pilih dan melalui
pemikiran dan pendapat saya. Analisis artikel yang saya buat dapat digunakan
sebagai pembelajaran yang bisa menambah pengetahuan tentang Strategi pembelajaran khususnya Peningkatan Mutu Pembelajaran
di Sekolah. Namun
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatannya . Maka dari itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang dapat menyempurnakan tugas analisis selanjutnya, semoga
bermanfaat.
Hormat saya,
Penulis
Judul : Peningkatan
Mutu Pembelajaran di Sekolah
Posted on 5 Februari 2008
Oleh : Mustakim, S.Pd.,MM
I. Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik
atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal
tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan
sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan
respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia
untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan
prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Pendidikan pada dasarnya merupakan
suatu usaha pengembangan sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan
SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan formal
(sekolah). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang sebagai sarana
dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis,
programatis, dan berjenjang.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat
dari kemampuan dan kemauan dari masyarakat untuk menangkap proses informatisasi
dan kemajuan teknologi. Karena Proses informatisasi yang cepat karena kemajuan
teknologi semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin meluas dan
sekaligus semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia
menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh kejadian dibelahan bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi ,
maupun sosial.
Sejalan dengan hal diatas, Tilaar menyatakan bahwa :
“
Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti kepedulian
umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia,
pemerintah, dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa
pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap
warga Negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan
masyarakat dan Negara, juga umat manusia.” (H.A.R Tilaar , 2004 : 4)
Berdasarkan pernyataan di atas,
bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain; setiap
manusia akan selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan orang lain dalam
berbagai segi kehidupan. Kesetiakawanan sosial yang merupakan bagian dari
proses pendidikan dan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat kuat bagi
individu untuk berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dalam proses pelaksanaannya di
lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan melalui interaksi antarmanusia, baik
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok.
Interaksi antarmanusia dapat terjadi
dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang
pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang
pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat
disekitar lingkungannya.
Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan
merupakan bagian dari proses pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey
(1986) dalam Syaiful Sagala (2003: 61) dikatakan bahwa :
“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu.”
Selanjutnya Syaiful Sagala menyatakan bahwa pembelajaran
mempunyai dua karakteristik, yaitu:
“Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses
berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan
proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir
itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi
sendiri. “ (Syaiful Sagala,2003 : 63)
Dari uraian diatas, proses pembelajaran yang baik dapat
dilakukan oleh siswa baik didalam maupun diluar kelas, dan dengan karakteristik
yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan teman- temannya secara baik dan bijak.
Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar
secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat
tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan
menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda
pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar
sesama.
Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak
telah mengalami suatu pergeseran dari behaviourisme ke konstruktivisme yang
menuntut guru dilapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat
melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Guru
dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center,
menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek
belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan,
bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada
akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati.
Sejalan dengan pendapat diatas, pembelajaran menurut
pandangan konstruktivisme adalah:
“Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pembelajaran
itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata. (Depdiknas,2003:11)
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student
Center) . Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar sedemikian rupa ,
sehingga siswa bekerja
sama secara gotong royong (cooperative learning)
Untuk menciptakan situasi yang diharapkan pada pernyataan
diatas seoarang guru harus mempunyai syarat-syarat apa yang diperlukan dalam
mengajar dan membangun pembelajaran siswa agar efektif dikelas, saling
bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan saling
menghargai (demokratis) , diantaranya :
- Guru harus lebih banyak menggunakan metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup, metode pelajaran yang selalu sama(monoton) akan membosankan siswa.
- Menumbuhkan motivasi, hal ini sangat berperan pada kemajuan , perkembangan siswa,. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekum, giat dan lebih bersemangat.(Slamet ,1987 :92)
Kita yakin pada saat
ini banyak guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam
pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan
dilapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan
hanya melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam
mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah peristiwa pembelajaran dapat
berlangsung.
Disisi lain menurut Hartono Kasmadi (1993 :24) bahwa
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar masih memegang peran yang
sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling method) dan kurang
membantu pengembangan aktivitas murid .
Dari uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih
banyak guru yang masih melakukan cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa
banyaka faktor penyebabnya sehingga kita akan melihat akibat yang timbul pada
peserta didik, kita akan sering menjumpai siswa belajar hanya untuk memenuhi
kewajiban pula, masuk kelas tanpa persiapan, siswa merasa terkekang, membenci
guru karena tidak suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang
diberikan guru, takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa
tersisihkan karena tidak dihargai pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara ,
terkekang sehingga berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasan belajar
menjadi monoton, dan akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan.
Dari permasalahan
yang ada , sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeloders mempunyai
tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah terutama guru
sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) karena bersentuhan langsung dengan
siswa dalam proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat
terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi siswa , dimana hasilnya akan
terlihat dari jumlah siswa yang lulus dan tidak lulus.dengan demikian tangung
jawab peningkatan mutu pendidikan di sekolah , selalu dibebankan kepada guru
.lalu bagaimana kesiapan unsur-unsur tersebut dalam peningkatan mutu proses
pembelajaran?
II. Pembahasan
A.Hakekat
Pendidikan
Menururt pendapat Ki Hajar Dewantoro dalam Kongres Taman
Siswa (1930) mengungkapkan :
“Pendidikan. Umumnja berarti daja-upaja untuk memadjukan
bertumbuhnja budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan
tubuh anak: …
[Pendidikan. Umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect)
dan tubuh anak: …]” (Ki Hajar Dewantoro, 1962: 3)
Sedangkan Lodge dalam Ismaun menjelaskan pengertian
pendidikan sebagai berikut :
“In the narrower sense, education is restricted to that
functions, it’s background, and it’s outlook to the member of the rising generation,
………. In the narrower sense, education becomes, in practice identical with
schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions”.
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi
yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi
yang sedang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di
sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol. (Ismaun, 2007: 57). Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah
tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri
dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu
itu berada. (Syaiful Sagala , 2006 : 3).
Sementara itu Hamid Darmadi (2007 : 3) berpendapat: Pendidikan
mengadung tujuan yang ingin dicapai, yaitu membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehinga
bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.
Selanjutnya Dodi Nandika (2007:15) Pendidikan bukan sekedar
mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek
intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai,
dan budaya peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan adalah membangun budaya,
membangun peradaban, membangun masa depan. alam Kamus Besar bahasa Indonesia
(1995 : 232) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan;proses, perbuatan, cara mendidik. Dalam
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa :
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan
, pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan Negara .”
Selanjutnya, Sihombing (2002) dalam Ety Rochaety, dkk (2005
:7) bahwa pendidikan mengandung pokok-pokok penting sebagai berikut :
- Pendidikan adalah proses pembelajaran
- Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
- Pendidikan berusaha mengubah atau mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku positif.
- Pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar
- Pendidikan berkaitan dengancara mendidik
- Pendidikan memiliki dampak lingkungan
- Pendidikan tidak berfokus pada pendidikan formal
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa pendidikan merupakan
sutau system yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen
yang berkaitan satu dengan yang lain, dengan tujuan untuk membangun masa depan
bangsa.
Jika menginginkan pendidikan secara teratur , berbagai
elemen (komponen) yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenal
terlebih dahulu.untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu
system yang dapat dilihat secara mikro dan makro .
B. Hakekat Mutu Pendidikan
Sebelum
membahas tentang mutu pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu dan
pendidikan.
Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang dikemukakan oleh
Edward Sallis (2006 : 33) mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang
membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53) mutu
mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa
barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna
dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan dapat dirasakan. Sedangkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :677) menyatakan Mutu adalah (ukuran), baik
buruk suatu benda;taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb) kualitas.
Selanjutnya Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality (mutu)
adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa
sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah
tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan
spesifikasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulan bahwa
mutu (quality) adalah sebuah filsosofis dan metodologis, tentang
(ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu institusi untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah produk
barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan
Dalam pandangan Zamroni (2007 : 2) dikatakan bahwa
peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan
dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan
lebih efektif dan efisien.
Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai,
proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu
ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan
aspek proses mencapai hasil tersebut.
Teori manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal denganTotal
Quality Management.(TQM) akhir-akhir ini banyak diadopsi dan digunakan oleh
dunia pendidikan dan teori ini dianggap sangat tepat dalam dunia pendidikan
saat ini.
Konsep total quality management pertama kali
dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United
States Navy (Walton dalam Bounds, et. al, 1994). Istilah ini
mengandung makna every process, every job, dan every person (Lewis
& Smith, 1994). Pengertian TQM dapat dibedakan menjadi dua aspek (Goetsch
& davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TQM. TQM didefinisikan sebagai sebuah
pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing
melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut cara mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh
karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) focus pada pelanggan (internal
& eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan pendekatan
ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja sama tim, (f)
menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan pelatihan,
(h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan tujuan, (j)
melibatkan dan memberdayakan karyawan.(Ety Rochaety,dkk,2005 :97)
Edward Sallis (2006:73) menyatakan bahwa Total Quality
Management (TQM) Pendidikan adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan
secara terus- menerus , yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada
setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan , keinginan , dan harapan
para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang
Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan mutu
dengan model TQM , dimana sekolah menekankan pada peran kultur sekolah dalam
kerangka model The Total Quality Management (TQM). Teori ini menjelaskan
bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu : kemampuan akademik, sosial,
dan moral. (Zamroni , 2007 :6)
Menurut teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga
variabel, yakni kultur sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah.
Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara,
slogan-slogan, dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan
diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun
tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah,
yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua
siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga
kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan
menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
C. Faktor-Faktor Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
di Sekolah
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu
sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan
melibatkan lima faktor yang dominan :
- Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
- Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
- Guru; pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
- Kurikulum; sdanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal;
- Jaringan Kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan / instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus
dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka
mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan
kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus
menjadi satu tim yang utuh (teamwork) yangn saling membutuhkan dan
saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan tercipta
dengan baik
D. Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu
Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam
peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro
pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :
1. Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap
pendidikan dengan indicator kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen
peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara
lengkap elemen mikro sebagai berikut :
- Kualitas manajemen
- Pemberdayaan satuan pendidikan
- Profesionalisme dan ketenagaan
- Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro elemen
guru dan siswa yang merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan
merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai
tujuan, dan untuk mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan
memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan
berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil
belajar. hasil belajar perlu dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan
umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan.
Secara mikro diagram alur proses pendidikan dapat dilihat
dibawah ini :
Sumber : Ety
Rochaety,dkk (2005:8)
Dari gambar diatas,
bahwa pengetahuan teori yang didapatkan dari seorang guru melalui kualitas
manajemen dengan harapan tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai
jika dibekali dengan bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan
baik sehingga akan menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria
penilaian , hasil dari penampilan akan dijadikan umpan balik.
2. Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu kajian pendidikan dengan
elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
- Standarisasi pengembangan kurikulum
- Pemerataan dan persamaan, serta keadilan
- Standar mutu
- Kemampuan bersaing.
Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang
digambarkan dalam dua bagan (P.H Coombs, 1968) dalam Etty Rochaety, dkk
(2005:8) bahwa pendekatan makro pendidikan melalui jalur pertama yaitu INPUT
SUMBER – PROSES PENDIDIKAN – HASIL PENDIDIKAN , seperti pada gambar di bawah
ini :
Sumber: Ety Rochaety, dkk (2005:9)
Input sumber pendidikan akan
mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana proses pendidikan
didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu lembaga dan semakin
lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan menciptakan hasil
pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya Syaiful Sagala (2004:9) menyatakan solusi
manajemen pendidikan secara mikro dan makro yang dituangkan dalam gambar
berikut :
Sumber: Syaiful Sagala (2004 : 9)
E. Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara umum untuk meingkatkan mutu
pendidikan harus diawali dengan strategi peningkatan pemerataan pendidikan,
dimana unsure makro dan mikro pendidikan ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality
dan Equity) , mengutip pendapat Indra Djati Sidi (2001:73) bahwa pemerataan
pendidikan harus mengambil langkah sebagai berikut :
- Pemerintah menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
- Optimalisasi sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift (contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas Jauh)
- Memberdayakan sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
- Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB) bagi daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
- Memberikan perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
- Meningkatkan partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu
sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun
Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti kepemimpinan
sekolah Kaizen ( Sudarwan Danim, 2007:225)yang menyarankan :
- Untuk memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan
- Menggabungkan aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
- Berfokus pada detail dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
- Menerima tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
- Membangun hubungan antarpribadi yang kuat
- Menjaga agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
- Memelihara sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
- Bangga dan menghargai prestasi kerja
- Bersedia menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan
III Penutup
Kepemimpinan kepala sekolah dan
kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, merupakan salah satu
tolak ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen
ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran ,
kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan
kepada masyarakat (orang tua) siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari
output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik
kepada masyarakat maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan
membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan
demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
Judul : Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Terbit : 5 Februari 2008
Oleh :
Mustakim, S.Pd.,MM
Tujuan pemilihan artikel
Dari
artikel ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
pembacanya, karena isinya mengandung banyak ilmu pengetahuan tentang
meningkatkan mutu pendidikan, Dilihat dari judulnya,
” Peningkatan Mutu pendidikan di sekolah”, seolah-olah menghimbau pembaca untuk
ikut memajukan mutu pendidikan di sekolah, karena banyak sekali manfaatnya baik
di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat, para pembaca akan
meningkatkan mutu pendidikan dan Para
pembaca yang peduli terhadap lingkungan pendidikan sekitar ketika melihat judul
ini akan tertarik untuk mengetahui dan menambah ilmu tentang lingkungan yang
membutuhkan pendidikan, dan itu artinya para pembaca akan berusaha meningkatkan
mutu pendidikan dengan cara mengamalkan apa yang di bahas oleh artikel
ini. Artikel ini membahas tentang hakikat
pendidikan, hakikat mutu pendidikan,Faktor-Faktor
Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah,Unsur-unsur yang
terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah, dan Strategi
Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah, dengan
sangat detail .
Rekomendasi Pemilihan Artikel
Alasan saya
memilih menanalisis artikel yang berjudul Peningkatan Mutu Pembelajaran di
Sekolah yang di tulis oleh Mustakim, S.pd.,MM, karena menurut saya Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia dan Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber
daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak hanya dilakukan
melalui pendidikan khususnya pendidikan formal (sekolah). Tetapi sampai detik
ini, pendidikan masih dipandang sebagai sarana dan wahana utama untuk
pengembangan SDM yang dilakukan dengan sistematis, programatis, dan berjenjang,
maka dari itu, pendidikan memang harus selalu memiliki peningkatan, dengan
demikian artikel ini sangatlah penting, karena artikel ini membahas tentang
peningkatan mutu pembelajaran.
Artikel ini membahas tentang hakikat
pendidikan, hakikat mutu pendidikan,Faktor-Faktor
Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah,Unsur-unsur yang
terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah, dan Strategi
Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah, tentu dengan pembahasan yang ada di
dalam artikel ini sangat penting di ketahui oleh pendidik atau calon pendidik
agar mampu meningkatkan mutu pendidikan khususnya di sekolah.
Kreatifitas guru yang professional,
inovatif, kreatif, merupakan salah satu tolak ukur dalam Peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah, dengan demikian secara tak langsung artikel ini dapat memotivasi
siapapun bagi pembacanya, dan begitu sangat banyak manfaatnya.
Demi meningkatkan kualitas mutu
pendidikan di Indonesia. Diharapkan dalam dunia pendidikan Indonesia lebih
memperhatikan dan meningkatkan mutu pendidikan dalam strategi pembelajaran,
agar terciptanya SDM yang berpotensi dan dapat memajukan nama bangsa Indonesia.
Kelebihan
Pertama, artikel ini memiliki
pondasi di awal artikel sebagai penguat bahwa” Pendidikan merupakan faktor
utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam
membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normative, dan
Pendidikan dapat meningkatkan kualitas SDM yang baik, yang didukung oleh mutu
pendidikan” dengan demikian si pembaca pada artikel ini dengan mudah di
mengerti dan memberi semangat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, demi
meningkatkannya kualitas SDM di Indonesia untuk memajukan bangsa Indonesia, dan
di perkuat dengan argumen para ahli mengenai pembelajaran.
Kedua, Dapat memotivasi guru, karena
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat terhadap kemajuan dan
peningkatan kompetensi siswa , dimana hasilnya akan terlihat dari jumlah siswa
yang lulus dan tidak lulus.dengan demikian tangung jawab peningkatan mutu
pendidikan di sekolah , selalu dibebankan kepada guru .lalu bagaimana kesiapan
unsur-unsur tersebut dalam peningkatan mutu proses pembelajaran? Artikel ini
membahas mengenai hal-hal tersebut, dengan demikian, guru dapat membaca dan
mengetahui apa yang harus di lakukan demi meningkatkan mutu pendidikan.
Ketiga, banyak hal yang di kemukakan
oleh para ahli, seperti Sebelum membahas tentang mutu pendidikan terlebih
dahulu akan dibahas tentang mutu dan pendidikan. Banyak ahli yang mengemukakan
tentang mutu, dan lainnya, menurut saya, hal ini dapat meyakinkan kepada
pembaca.
Kekurangan
Terdapat beberapa bagian yang
disebutkan namun tidak di perjelas, devinisinya contohnya seperti elemen mikro
sebagai berikut :
- Kualitas manajemen
- Pemberdayaan satuan pendidikan
- Profesionalisme dan ketenagaan
- Relevansi dan kebutuhan.
Tidak di perjelas dengan definisi
atau penjelasan yang detail sehingga pembaca ada yang mengerti ada yang tidak,
saya sudah membuktikannya, dengan cara menyeru teman saya untuk membaca dan
mereka tidak memahami hal yang tidak di perjelas tersebut.
Solusinya , memang penulis sudah
baik dalam menyajikan artikel, dan secara keseluruhan,memang sangat bermanfaat
bagi kepentingan pendidikan di Indonesia, namun seharusnya, lebih mencari
referensi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar