Jumat, 14 Oktober 2016

Kisah Nyata "Membeli Bangku untuk Menjadi Pegawai Negeri"



Membeli Bangku untuk Menjadi Pegawai Negeri
Oleh : Raden Milan Nurmilah

            Artikel ini saya tulis berdasarkan kisah nyata, sulitnya untuk menjadi manusia yang beruntung dan  uang telah di jadikan primadona dunia, sangat mudah dapat menggiurkan logika manusia, jangankan logika, keimananpun dapat di ombang-ambing sehingga hak orang lain di anggap menjadi hak halal bagi diri, orang tua, anak, cucu, sampai tiba saatnya  pertanggung jawaban  di minta oleh tuhan.
            Adanya  pembukaan test CPNS merupakan kabar bahagaia untuk mempertaruhkan nasib di masa tua bagi sang guru honorer, ada yang sudah bertahun-tahun mengabdi belum di angkat, ada yang baru beberapa tahun mengabdi nasib baiknya tiba. Takdir tuhan memang tidak dapat di tebak, ada saja cara-cara bagaimana cara manusia untuk mendapatkan uang secara instan, dengan memanfaatkan sesuatu yang baginya menjamin akan mendapatkan sang primadona dunia yaitu uang. Ketika peluang test CPNS tiba, berdatangan calo-calo untuk menggiurkan tawaran haram bagi sang calon PNS, yaitu membeli bangku untuk menjadi pegawai negeri, dengan system jika kita sebagai CPNS di terima sebagai PNS maka kita harus membayar bangku untuk tempat kita berada di posisi sebagai pegawai negeri, tawaran yang ditawarkan tidak nanggung-nanggung, berkisar 45 juta- 80 juta rupiah. Wow amazing, itu uang? Untuk menyogok manusia? Apa untuk membayar takdir yang diberi tuhan dengan cara  memaksa? Ingat, sesungguhnya orang yang menyogok atau orang yang disogok adalah pelaku dosa besar.
            Pernahkan kalian membayangkan, hak siapa yang telah kita ambil jika kita menjadi pelaku sogok menyogok? Hak siapa yang telah kita rebut secara paksa? Saya akan menceritakan kronologi kematian seorang guru agama di salah satu SDN di kota tangerang, Beliau bernama Muhammad Zein ( Allahummagfirlaha Warhamha) , seorang pribadi yang giat ibadah, seorang pribadi yang baik, seorang pribadi yang selalu berjuang demi memajukan pendidikan dengan ikhlas. Ya, beliau adalah korban ketidak adilan  dunia akibat orang-orang yang serakah dan tidak mawas diri.
            Mereka tidak pernah memfikirkan nasib orang lain, yang dia fikirkan adalah nasibnya sendiri, dia tidak pernah memfikirkan menghancurkan harapan seseorang, dia tidak pernah mengingat ancaman tuhan dalam al-qur’an. Ya, itu dia para menyogok dan calo-calo untuk jual beli bangku PNS ataupun hal yang serupa, bagaimana tidak, ketika Alm.Muh.zen belajar dengan giat, membuka, membolak membalik, buku panduan test CPNS, mengulik bank soal, belajar berdo’a dengan sungguh-sungguh selama bertahun-tahun, dan tibalah saat test di mulai, dan beliaupun bertekad dalam hati bias dikatakan bernadzar, “ Ya allah jika saya diterima sebagai PNS maka saya akan menambah keturunan saya untuk melanjutkan turunan agama islam” do’a Alm.Muh Zen pun dikabulkan oleh Allah SWT, pengumuman telah tiba, nama Muhammad Zein pun dinyatakan lolos ujian PNS, Alhamdulillah, wasyukurillah, sorak gembira dirinya, anak dan istrinya,syukruan telah di adakan, bahkan istrinya sekarang sudah mengandung anak yang di janjikan dirinya pada tuhan bahwa ia ingin menambah anak lagi, kebahagiaan tiba, harapan baru tiba, nasib baik telah datang untuk masa tuanya.
Namun, sekali lagi, harapan itu hancur, harapan itu sirna ketika melihat pemberitaan dikoran bahwa namanya tidak ada lagi, namanya telah di ganti oleh posisi orang yang memaksakan kehendak, namanya telah diganti oleh orang yang membayar takdir tuhan dengan cara memaksa, astagfirullah, ingatlah ajab Allah sangatlah pedih. Sebulan kemudia Muh.Zen mulai sakit, mulai sakit dan mulai sakit-sakitan sehingga dia di diagnose dan dinyatakan memiliki penyakit kanker hati, padahal sebelumnya beliau baik-baik saja, beliau tidak merokok beliau orang yang peduli akan kesehatan, ini akibat janji yang telah dikabarkan bahwa Muh.Zen dinyatakan lulus sebagai PNS, namun jelang beberapa bulan namanyapun telah digantikan oleh orang yang tidak tahu diri.
            Belum lagi, kesedihannya yang mendalam di tambah dengan lahirnya anak yang kurang sempurna,  itu menambah beban Muh.Zen, di benaknya, dengan apa aku menghidupi anak istriku, dengan apa?  Setres melanda dan merenggut nyawa Alm.Muh Zen. Akhir cerita banyak hal positif yang dapat kita cermati, terkadang sesuatu yang menurut kita baik belum tentu baik menurut orang lain, sesuatu yang kita inginkan belum tentu itu adalah sesuatu yang kita butuhkan, hak orang lain itu bukan hak kita, jangan pernah berfikir itu adalah halal, semoga kematian Alm.Muh Zein ini, akan membawa beliau pada surge allah, dengan keikhlasannya selama di dunia, semoga amal baiknya di terima di sisi Allah SWT. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar