Teori Perubahan Sosial
Masyarakat tidak biasa dipandang
sebagai sesuatu yang stagnan dalam segala aspeknya. Sejarah mengajarkan
dinamika mereaka mulai sejak lahir sampai kematian menjemputnya. Secara fisik
perubahan ini dapat dilihat dengan jelas begitu juga perubahan non-fisik yang
termanifestasi dalam perjalanan hidupnya. Masyarakat primitif memburu efisiensi
dan efektifitas yang mengantarkan mereka ke dalam dunia modern seperti yang
ditemukan sekarang.
Fenomena
di atas, merupakan hal yang wajar bahkan mesti dilakukan dalam mempertahankan
hidup di tengah-tengah terbatasnya alam. Manusia dituntut untuk memeras otak
dalam memperbaiki hidupnya dan mengatasi masalah-masalah yang datang silih
berganti. Semua ini membawa manusia ke arah kedewasaan dan kemantapan diri
masing-masing. Sementara mereka yang menutup mata dari semuanya akan
termarginalkan atau bahkan akan punah.
Perubahan
sosial sendiri selain terjadi secara alamiah, terkadang juga direncanakan
(mayoritas) dalam mencapai kepentingan tokoh-tokohnya atau yang ada di belakang
mereka. Hal ini sering berawal dari ketidakpuasan yang membawa
tuntutan-tuntutan lebih untuk diperjuangkan. Di sini juga terkait dengan banyak
factor baik yang mendukung atau menghambatnya. Sehingga berbagai faktor ini
harus diketahui dalam mempermudah tercapainya cita-cita dan mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Mengingat
pentingnya perubahan sosial dan masyarakat yang tidak pernah lepas darinya
dalam menjalani hidup ini, kami merasa tertarik untuk menulis sebuah makalah
yang membahas tentang perubahan ini mulai dari definisi yang membatasinya,
teori-teori yang dapat digunakan dalam membaca masyarakat dan menemukan sebab
terjadinya perubahan juga tentang mekanisme perubahan. Sehingga semuanya bias
berjalan sesuai dengan yang dimaksudkan.
Teori-Teori Perubahan Sosial
Banyak teori yang dapat digunakan
dalam menganalisa dan menerangkan perubahan sosial. Berbagai teori ini akan
sangat membantu dalam mebahas penyebab utama perubahan dan yang terkait
dengannya. Di antara beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut:
1) Teori
evolusioner
Menurut
teori ini, masyarakat selalu berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi
bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Dan masyarakat yang berada pada tahap-tahap
pembangunan yang lebih maju akan lebih
progresif dari pada masyarakat lainnya. Teori ini terpengaruh teori evolusi
Darwin dan cenderung bersifat ethnosentris dengan menganggap masyarakat moderen
lebih hebat dari masyarakat-masyarakat sebelumnya. Sebagaimana evolusi Darwin
yang terkuatlah yang akan bertahan hidup, sedangkan mereka yang lemah akan
tersisihkan.
Semua
teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang
dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat melalui urutan pentahapan yang
sama dan bermula dari tahap perkembangan awal ke tahap perkembangan terakhir.
Di samping itu, teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap terakhir
telah dicapai, maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir. Mereka
memandang perubahan bersifat konstan di mana perubahan sosial besar akan
berakhir ketika mencapai tahap akhir. Hal ini tampak naïf yang menyeretnya pada
kelemahan teori sosialnya.
Menurut
Auguste Comte, ada tiga tahap perkembangan soial yang dilakukan masyarakat
yaitu:
o
Tahap teologis yang diarahkan oleh nilai-nilai
adikodrati (supernatural)
o
Tahap
metafisik, yaitu tahap peralihan di mana
kepercayaan pada unsure adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang
berperan sebagai dasar perkembangan budaya.
o Tahap ilmiah, di mana masyarakat diarahkan oleh
kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip pengetahuan.
2) Teori
siklus
Teori ini
mengatakan bahwa masyarakat itu berputar melewati tahap-tahap yang
berbeda-beda. Akan tetapi tahap-tahap ini lebih bersifat berulang (siklus)
daari pada bergerak sebagaimana diasumsikan teoritikus evolusioner. Jadi
menurut teori ini maju dan mundurnya masyarakat mengalami sirkulasi tanpa henti
dengan tidak bergerak menuju perubahan yang lebih progresif. Jadi menurut teori
ini proses peralihan masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang
sempurna, melainkan berputar kemabali ka tahap awal untuk peralihan
selanjutnya. Teori ini cenderung menutup mata dari sejarah perkembangan manusia
yang terus maju memburu efisiensi dan efektifitas.
Dalam
pandangan Arnold Toynbee, peradaban besar berada dalam siklus kelahiran,
pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Sedangkan menurut Pitirim Sorokin, semua
peradaban besar dunia berada dalam siklus tiga system kebudayaan yang terus
berputar tanpa akhir:
o
Kebudayaan ideasional, yang didasari oleh
nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsure-unsur adikodrati (supernatural).
o
Kebudayaan
idealistis, di mana kepercayaan terhadap unsure adikodrati dan rasionalitas
yang berdasarkan fakta tergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
o
Kebudayaan
sensasi, di mana sensasi menjadi tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
o
Teori keseimbangan
Menurut
teori ini masyarakat terdiri dari sejumlah bagian yang saling tergantung satu
sama lain, di mana masing-masing bagian ini membantu keefektifan masyarakat.
Sehingga jika terjadi perubahan-perubahan
sosial yang mengganggu salah satu dari bagian-bagian tersebut yang menggoyahkan
masyarakat, maka akan ada perubahan-perubahan sosial tambahan yang akan terjadi
dalam bidang-bidang lain. Hal ini (perubahan bagian lain) akan mengharmoniskan
kembali masyarakat dan membentuk keseimbangan.
3) Teori
konflik
Teori konflik memandang masyarakat
sebagai mass of groups yang
selalu berselisih satu sama lain. Karena kelompok-kelompok ini bersaing untuk
memperoleh barang-barang dan sumber daya yang ada. Sehingga terjadilah
perubahan sosial dari kompetisi mereka dalam konflik abadi. Konflik ini muncul
dari kelompok oposisi yang tidak puas dengan keadaannya dan selalu berusaha
untuk merubah keadaannya, maka terjadilah disorganisasi dan ketidak stabilan masyarakat.
Perubahan di sini menjadi akibat dari konflik yang terjadi di kalangan
masyarakat.
Teori yang dicetuskan Marx ini
merupakan refleksi dari suatu perubahan besar dan sangat penting dalam sejarah
yaitu revolusi industri Prancis. Teori ini satu sisi sangat peka terhadap
faktor yang bersifat teknis menyangkut perubahan dalam teknik produksi. Di sisi
lain mereka terlalu menekankan pada faktor perubahan teknik produksi sendiri.
Dari teorinya, tampak jelas begitu besar pengaruh kekuatan materi dari proses
produksi dalam diri Marx.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar