Senin, 07 November 2016

Penafsiran Kitab-Kitab Taoisme



Penafsiran Kitab-Kitab Taoisme

Sebagai sebuah ajaran yang mengandung unsur-unsur filosofis dan metafisis, Taoisme diwadahi oleh sebuah kitab suci yang bisa menuntut pemeluknya dalam memahami arti penting kehidupan ini. Adalah Lao Tzu yang pertama kali menulis kitab yang dikenal dengan Tao Te Ching. Kitab ini bila kita terjemahkan memiliki makna “aturan mengenai Jalan dan Kebajikan”, sehingga pemeluknya pun bisa mengamalkan ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab suci tersebut. Kitab Tao Te Ching secara sederhana mengungkapkan berbagai pesan yang penuh damai dan harmoni bagi perjalanan ummat manusia.
Lebih tepatnya, kitab ini berisi sebuah karya ringkas, hanya 5000 kata yang tersirat di dalam surat-surat yang diberikan kepada sang penjaga gerbang tersebut. Namun, selama berabad-abad ia memiliki pengaruh yang mendalam bagi banyak orang, beratus penterjemah, dan tafsir Tao Te Ching terus menerus ditulis. Pada Tahun 1973, versi lainnya di temukan di gua Ma-wang-tui, China tengah, yang bertanggalkan 168 SM, edisi tertua yang beredar bab pada naskah yang ditemukan di Ma-wang-tu berbeda dari tafsir-tafsir tradisional. Dan hingga sekarang ajaran-ajaran Tao ini telah tersebar di mana-mana hingga penjuru dan di seluruh pelosok dunia pasti ada yang mengikuti ajaran-ajaran Tao meskipun hanya sedikit.
Maka dari itu Tao sendiri juga mempunyai kitab suci yang dinamakan Tao Tee Cing juga yang tadi telah disebutkan bahwa Lao Tzu memberikan surat yang berisi ajaran-ajaran yang terdiri dari 5000 kata. Dalam 5000 kata itu kita diberikan sebuah ajaran yang bertema “Dari isi kembali isi dan dari kosong kembali kosong.”Yang pada intinya mengajarkan pada kita bahwa kita harus mensyukuri segalanya yang telah diberikan oleh Tuhan.
Pada titik inilah kitab Tao Tee Ching ini mengandung unsur-unsur kebijakan yang sangat luas dan memberikan pesan-pesan moral bagi masyarakat Tionghoa. Dengan kata lain, Taoisme adalah sumber segala sesuatu. Ia tak bernama, tak dapat dilihat, dan tidak dapat dipahami. Ia tak terbatas dan tidak dapat habis atau musnah. Apa yang disebut dengan Tao ini, telah mengatasi segenap perubahan dan permanen. Pengertian mengenai Tao tersebut terdapat pada kutipan berikut ini, bahwa Tao yang dapat dibicarakan, bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi; dan nama yang dapat diberikan, bukanlah nama yang sejati.
Lao Zi mengakui bahwa nama “Tao” merupakan sesuatu yang terpaksa. Beliau berikan. Kata-kata dan bahasa memiliki keterbatasan dalam mengungkapkan suatu Kebenaran sedangkan, sehingga Kebenaran Sejati atau Terunggul tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata ataupun bahasa. Mencoba memahami Kebenaran Terunggul dengan menggunakan kata- kata yang terbatas tersebut hanya akan menimbulkan penyalah-tafsiran. Dengan kebijaksanaan yang tinggi Beliau mengetahui, bahwa Tao sebagaimana nama yang diberikan tersebut, adalah sumber dari segala benda dan makhluk.Tiada nama, itulah kondisi permulaan terjadinya Langit dan Bumi. Setelah ada nama itulah sumber dari segala benda.
Meskipun Tao adalah sumber dari segala sesuatu yang hidup, ia bukanlah suatu dewa atau roh. Pandangan ini cukup berbeda dengan pandangan shamanistik mengenai alam semesta. Menurut Tao Te Cing, langit, bumi, sungai, dan gunung gunung merupakan bagian dari suatu kekuatan yang lebih besar dan mencakup semuanya. Kekuatan ini yang dikenal dengan istilah Tao, dimana ia merupakan sesuatu kekuatan tak bernama serta berada di balik bekerjanya alam semesta.
Meskipun demikian Tao Te Cing mencatat bahwa Tao ini tidak sepenuhnya netral, pada bab 25 dan 81 disebutkan bahwa Tao ini bertujuan untuk memberikan kebaikan pada yang lainnya dan tidak menimbulkan bahaya.”Jalan Langit adalah bertujuan memberikan keuntungan pada yang lainnya dan tidak menyebabkan bahaya. Beberapa penafsiran lain mengenai buku Tao Te Ching,diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, Taoisme Rakyat. Taoisme rakyat merupakan aliran kepercayaan yang telah merakyat dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, maka aliran ini kemudian mengalami perkembangan yang begitu pesat karena telah merakyat tadi. Namun, Taoisme rakyat ini kemudian menjadi tidak murni lagi ketika banyak sekali orang awam memahami hal tersebut dengan berbeda. Karena banyak sekali penafsiran dan jamahan oleh orang-orang, maka Taoisme rakyat tak lagi menjadi pedoman yang paling murni dalam ajaran Taoisme. Menurutnya sebuah ajaran merupakan suatu konsep yang terlalu halus untuk dapat ditangkap oleh pikiran atau jiwa yang rata-rata saja.
Kedua, Taoisme Esoterik. Gaya tarik jenis Tao ini adalah terletak pada segi batiniah manusia yang dilawankan dengan segi lahiriahnya. Manusia baik dapat dilihat dari apa yang dikatakannya, perbuatannya, dan perasaan lahir yang ditunjukkannya, maupun segala sesuatu yang ada di dalam dirinya seperti perasaan pada dirinya. Taoisme Esoterik ini muncul ketika alam pikiran Cina menemukan dimensi batiniahnya dan terpesona olehnya.
Ajaran Tao ini selalu mengedepankan kesenangan alam rohani yang begitu indah. Menurut ajarannya bahwa kehidupan ini selalu berlumuran dengan keresahan dan penderitaan. Oleh karena itu, maka mereka beranggapan bahwa dunia rohaniahlah yang bisa menyelesaikan masalah penderitaan dan keresahan yang disebabkan oleh dunia. Setelah manusia merasakan dan menelurusi kehidupan yang begitu susah, maka seseorang kemudian baru dapat mencapai apa yang disebut dengan kesadaran murni. Jiwa yang murni hanya dapat dikenal dalam kehidupannya yang terhias dan tanpa noda, hanya jika segala sesuatu telah bersih barulah ia menampakkan dirinya, karena itu, diri sendiri disembunyikannya dan emosi yang mengganggu harus dimusnahkan.
Puncak pemahaman dalam Taoisme Esetorik tercapai bersamaan dengan dampak finalitas, bahwa segala sesuatu akhirnya kembali ke tempatnya. Keadaan tersebtu, tidaklah dapa digambarkansebagai sekedar sesuatu yang menyenagkan. Persepsi alngsung tentang sumber kesadaran seseorang sebgai kessadaray nyang tenagn dan mantap.
Ketiga, Wei Wu Wei (Keheningan yang Kreatif). Sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam semesta adalah wu wei. Konsep ini sering diterjemahkan sebagai tidak berbuat apa-apa atau tidak bergerak. Tetapi jika terjemahan itu berarti suatu sikap yang kosong atau menahan diri secara pasif, maka pengertian tersebut tidak tepat.
Wei wu wei adalah ungkapan paradoksal yang merupakan kunci mistisisme Cina dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Wei artinya berbuat, bertindak, tetapi kadang berarti lain, tergantung cara mengatakannya. Wu artinya negatif, tidak, tanpa. Terjemahannya secara maknawi ialah “Berbuat tanpa bertindak”. Dikenakan pada seseorang berarti diam, tenang, pasif, pasrah sehingga mencapai Tao, hakekat terakhir, alam wujud. Artinya bertindak melalui Tao tanpa upaya kesadaran diri. Juga berarti hanyut dalam persatuan dengan alam, yang dengan itu memperoleh kesadaran semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar