Penafsiran Kitab-Kitab Taoisme
Sebagai
sebuah ajaran yang mengandung unsur-unsur filosofis dan metafisis, Taoisme
diwadahi oleh sebuah kitab suci yang bisa menuntut pemeluknya dalam memahami
arti penting kehidupan ini. Adalah Lao Tzu yang pertama kali menulis kitab yang
dikenal dengan Tao Te Ching. Kitab ini bila kita terjemahkan memiliki
makna “aturan mengenai Jalan dan Kebajikan”, sehingga pemeluknya pun bisa
mengamalkan ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab suci tersebut. Kitab Tao
Te Ching secara sederhana mengungkapkan berbagai pesan yang penuh damai
dan harmoni bagi perjalanan ummat manusia.
Lebih
tepatnya, kitab ini berisi sebuah karya ringkas, hanya 5000 kata yang tersirat
di dalam surat-surat yang diberikan kepada sang penjaga gerbang tersebut.
Namun, selama berabad-abad ia memiliki pengaruh yang mendalam bagi banyak
orang, beratus penterjemah, dan tafsir Tao Te Ching terus menerus
ditulis. Pada Tahun 1973, versi lainnya di temukan di gua Ma-wang-tui, China
tengah, yang bertanggalkan 168 SM, edisi tertua yang beredar bab pada naskah
yang ditemukan di Ma-wang-tu berbeda dari tafsir-tafsir tradisional. Dan hingga
sekarang ajaran-ajaran Tao ini telah tersebar di mana-mana hingga penjuru dan
di seluruh pelosok dunia pasti ada yang mengikuti ajaran-ajaran Tao meskipun
hanya sedikit.
Maka dari itu
Tao sendiri juga mempunyai kitab suci yang dinamakan Tao Tee Cing juga
yang tadi telah disebutkan bahwa Lao Tzu memberikan surat yang berisi
ajaran-ajaran yang terdiri dari 5000 kata. Dalam 5000 kata itu kita diberikan
sebuah ajaran yang bertema “Dari isi kembali isi dan dari kosong kembali kosong.”Yang
pada intinya mengajarkan pada kita bahwa kita harus mensyukuri segalanya yang
telah diberikan oleh Tuhan.
Pada titik
inilah kitab Tao Tee Ching ini mengandung unsur-unsur kebijakan yang
sangat luas dan memberikan pesan-pesan moral bagi masyarakat Tionghoa. Dengan
kata lain, Taoisme adalah sumber segala sesuatu. Ia tak bernama, tak dapat
dilihat, dan tidak dapat dipahami. Ia tak terbatas dan tidak dapat habis atau
musnah. Apa yang disebut dengan Tao ini, telah mengatasi segenap perubahan dan
permanen. Pengertian mengenai Tao tersebut terdapat pada kutipan berikut ini,
bahwa Tao yang dapat dibicarakan, bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi;
dan nama yang dapat diberikan, bukanlah nama yang sejati.
Lao Zi
mengakui bahwa nama “Tao” merupakan sesuatu yang terpaksa. Beliau berikan.
Kata-kata dan bahasa memiliki keterbatasan dalam mengungkapkan suatu Kebenaran
sedangkan, sehingga Kebenaran Sejati atau Terunggul tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata ataupun bahasa. Mencoba memahami Kebenaran Terunggul dengan
menggunakan kata- kata yang terbatas tersebut hanya akan menimbulkan
penyalah-tafsiran. Dengan kebijaksanaan yang tinggi Beliau mengetahui, bahwa
Tao sebagaimana nama yang diberikan tersebut, adalah sumber dari segala benda
dan makhluk.Tiada nama, itulah kondisi permulaan terjadinya Langit dan Bumi.
Setelah ada nama itulah sumber dari segala benda.
Meskipun Tao
adalah sumber dari segala sesuatu yang hidup, ia bukanlah suatu dewa atau roh.
Pandangan ini cukup berbeda dengan pandangan shamanistik mengenai alam semesta.
Menurut Tao Te Cing, langit, bumi, sungai, dan gunung gunung merupakan
bagian dari suatu kekuatan yang lebih besar dan mencakup semuanya. Kekuatan ini
yang dikenal dengan istilah Tao, dimana ia merupakan sesuatu kekuatan tak bernama
serta berada di balik bekerjanya alam semesta.
Meskipun
demikian Tao Te Cing mencatat bahwa Tao ini tidak sepenuhnya netral,
pada bab 25 dan 81 disebutkan bahwa Tao ini bertujuan untuk memberikan kebaikan
pada yang lainnya dan tidak menimbulkan bahaya.”Jalan Langit adalah bertujuan
memberikan keuntungan pada yang lainnya dan tidak menyebabkan bahaya. Beberapa
penafsiran lain mengenai buku Tao Te Ching,diantaranya adalah sebagai berikut :
Pertama, Taoisme
Rakyat. Taoisme rakyat merupakan aliran kepercayaan yang telah merakyat dalam
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, maka aliran ini kemudian mengalami
perkembangan yang begitu pesat karena telah merakyat tadi. Namun, Taoisme
rakyat ini kemudian menjadi tidak murni lagi ketika banyak sekali orang awam
memahami hal tersebut dengan berbeda. Karena banyak sekali penafsiran dan
jamahan oleh orang-orang, maka Taoisme rakyat tak lagi menjadi pedoman yang
paling murni dalam ajaran Taoisme. Menurutnya sebuah ajaran merupakan suatu
konsep yang terlalu halus untuk dapat ditangkap oleh pikiran atau jiwa yang
rata-rata saja.
Kedua, Taoisme
Esoterik. Gaya tarik jenis Tao ini adalah terletak pada segi batiniah manusia
yang dilawankan dengan segi lahiriahnya. Manusia baik dapat dilihat dari apa
yang dikatakannya, perbuatannya, dan perasaan lahir yang ditunjukkannya, maupun
segala sesuatu yang ada di dalam dirinya seperti perasaan pada dirinya. Taoisme
Esoterik ini muncul ketika alam pikiran Cina menemukan dimensi batiniahnya dan
terpesona olehnya.
Ajaran Tao
ini selalu mengedepankan kesenangan alam rohani yang begitu indah. Menurut
ajarannya bahwa kehidupan ini selalu berlumuran dengan keresahan dan
penderitaan. Oleh karena itu, maka mereka beranggapan bahwa dunia rohaniahlah
yang bisa menyelesaikan masalah penderitaan dan keresahan yang disebabkan oleh
dunia. Setelah manusia merasakan dan menelurusi kehidupan yang begitu susah,
maka seseorang kemudian baru dapat mencapai apa yang disebut dengan kesadaran
murni. Jiwa yang murni hanya dapat dikenal dalam kehidupannya yang terhias dan
tanpa noda, hanya jika segala sesuatu telah bersih barulah ia menampakkan
dirinya, karena itu, diri sendiri disembunyikannya dan emosi yang mengganggu
harus dimusnahkan.
Puncak
pemahaman dalam Taoisme Esetorik tercapai bersamaan dengan dampak finalitas,
bahwa segala sesuatu akhirnya kembali ke tempatnya. Keadaan tersebtu, tidaklah
dapa digambarkansebagai sekedar sesuatu yang menyenagkan. Persepsi alngsung
tentang sumber kesadaran seseorang sebgai kessadaray nyang tenagn dan mantap.
Ketiga, Wei Wu Wei
(Keheningan yang Kreatif). Sifat dasar kehidupan yang selaras dengan alam
semesta adalah wu wei. Konsep ini sering diterjemahkan sebagai tidak berbuat
apa-apa atau tidak bergerak. Tetapi jika terjemahan itu berarti suatu sikap
yang kosong atau menahan diri secara pasif, maka pengertian tersebut tidak
tepat.
Wei wu wei
adalah ungkapan paradoksal yang merupakan kunci mistisisme Cina dan tidak dapat
diterjemahkan secara harfiah. Wei artinya berbuat, bertindak, tetapi kadang berarti
lain, tergantung cara mengatakannya. Wu artinya negatif, tidak, tanpa.
Terjemahannya secara maknawi ialah “Berbuat tanpa bertindak”. Dikenakan pada
seseorang berarti diam, tenang, pasif, pasrah sehingga mencapai Tao, hakekat
terakhir, alam wujud. Artinya bertindak melalui Tao tanpa upaya kesadaran diri.
Juga berarti hanyut dalam persatuan dengan alam, yang dengan itu memperoleh
kesadaran semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar