Sejarah dan latar Belakang Filsafat Pada Abad Pertengahan
Filsafat merupakan paduan dari Bahasa
Arab yaitu “falsafah” dan Bahasa
Inggris “philosophy”. Kata Filsafat
sendiri berasal dari Bahasa Yunani “Philosophia”,
yakni gabungan dari kata “philos”
yang artinya cinta, dan “sophos”
berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (wisdom).
Secara etimologi filsafah berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau
pengetahuan (love of wisdom).
Filsafat
lebih dikenal sebagai ilmu yang mencari hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Selain itu filsafat juga dapat dikatakan sebagai metode/cara yang radikal
hendak mencari keterangan yang terdalam tentang segala sesuatu yang ada.
Sehingga filsafat yakni awal dimana
manusia mulai mengembangkan berbagai jenis ilmu. Dari serangkaian proses
tersebut maka wajar dikatakan bahwa filsafat adalah induk dari segala apa yang
ada.
Filsafat
sendiri dibagi menjadi beberapa periode, yaitu periode kuno, klasik, abad
pertengahan, modern, dan masa kini. Dapat dikatakan pada awal kemunculan
filsafat, para tokoh-tokohnya lebih tertarik pada alam atau lebih bersifat
cosmosentris. Kemudian menginjak zaman klasik, pemikiran para tokoh-tokohnya
tidaka lagi bersifat cosmosentris, namun lebih condong pada etika manusia. Pada
masa ini, terjadi peristiwa dialek
antara kaum sophis dengan socrates. Sedangkan pada abad pertengahan, para
tokoh-tokohnya tidak lagi membicarakan hal-hal mengenai alam dan manusia
melainkan pada Tuhan atau bercorak Theosentris.
Awal
munculnya filsafat barat abad pertengahan adalah dari pengaruh Neo-platonisme
yang ingin kembali kepada Tuhan. Namun Yang berjaya pada masa itu bukan hanya
pengaruh dari Neo-platonisme tetapi juga ada beberapa yang terpengaruh oleh
pemikiran Aristoteles.
Masa Sebelum
Abad Pertengahan
Filsafat Barat sebelum memasuki abad
pertengahan mengalami pemberhentian untuk waktu yang cukup lama. Hal itu
dikarenakan perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat seiring dengan kekacauan
pada abad ke-6 dan ke-7. Hal itu didukung dengan kenyataan bahwa pada tahun 529, sekolah-sekolah filsafat
di Athena yang resmi mengajarkan aliran Yunani kuno ditutup oleh Kaisar
Justianus. Sejak itu harus dikatakan bahwa dengan resmi tertutuplah sumber
Yunani yang mengakhirkan filsafat. Saat itu, terjadi perpindahan bangsa-bangsa
sehingga muncul serangan-serangan bangsa-bangsa yang masih belum beradab
terhadap kerajaan Romawi, sehingga kerajaan Romawi runtuh. Hal itu sangat
bertentangan dengan keadaan filsafat sebelumnya. Misalnya saja, pada zaman
kuno, awal munculnya filsafat terdapat banyak tokoh yang bermunculan dengan
berbagai pemikiran-pemikirannya.
Seperti, Thales dengan pemikirannya
bahwa air adalah unsur inti, Anaximander dengan apeiron (yang terbatas)
sebagai unsur inti, maupun Anaximenes, Pythagoras, Heraklitos, dan Parmenides
dengan pemikirannya masing-masing. Setelah zaman kuno pun, filsafat mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Fokus yang dibahas bukan lagi masalah alam
tetapi tentang manusia dan etika. Zaman ini disebut dengan zaman klasik. Pada
zaman ini muncul tokoh-tokoh besar yang juga memilki pengaruh besar terhadap filsafat
maupun selain filsafat barat serta berpengaruh besar pada masa setelahnya.
Pada zaman klasik, muncul kaum shopis
yang menggunakan kebenaran subjektif dan keunggulan retorika sebagai ajaran
yang diajarkan kepada pemuda-pemuda. Sebagai akibatnya, maka ukuran kebenaran
menjadi relatif dan subjektif. Disaat itu
muncullah Socrates yang menyatakan bahwa akal budi harus menjadi norma
terpenting untuk kita, selain itu utuk menentang kaum shopis, socrates
menggunakan metode dialektik hingga akhirnya dai dihukum mati. Namun
muruid-muridnya memiliki peran yang cukup besar juga pada masa itu seperti
Plato yang menggunakan dunia ide, dan ada juga tokoh Aristoteles yang
menggunakan angka sebagai kebenaran relatif. Setelah zaman socrates berakhir,
zaman heleinisme dimulai, dimana ketika itu muncul aliran filsafat seperti
stoisme,epikurus, dan Neo-platonisme. Untuk aliran Neo-platonisme ini, mereka
ingin kembali pada ajaran Tuhan. Baru kemudian filsafat sedikit demi sedikit
mengalami kemunduran hingga akhirnya berhenti untuk waktu yang cukup lama.
Kemununculan
Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat Barat
pada abad pertengahan sendiri merupakan suatu arah pemikiran yang berbeda
sekali dengan arah pemikiran dunia kuno. Filsafat barat abad pertengahan masih
bergerak dalam belenggu kekuasaan teologi dan iman kristen (Theosentris).
Filsafat barat abad pertengahan dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman pateristik
dan zaman scholastik.
o
Zaman Pateristik
Zaman pateristik adalah zaman dimana
kristiani berkembang pesat. Pateristik berasal dari kata “patres’, “bapa-bapa
Gereja”. Bapa-bapa
Gereja merupakan bukti adanya pengaruh plotinus dengan tujuan memperlihatkan
bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling penting dalam manusia. Adapun
tokoh-tokoh pateristik diantaranya adalah Clemens dari Aleksandria dan
Agustinus.
o
Zaman Scholastik
Zaman Scholastik terdiri atas agama
atau kepercayaan. Ketika Karel Agung berkuasa di Eropa, kembalilah ketentraman
yang agak lama. Sekolah-sekolah didirikan pada zaman ini. Hal itu dikarenakan
tersebarnya agama Katolikdan terdapat pola organisasi yang teratur (baik dalam
penyebaran maupun memperdalam agamanya). sekolah-sekolah ini ajaran yang
digunakan adalah ajaran lama yang disebut artes liberales (seni merdeka).
Sedangkan yang meliputi ajaran artes adalah grammatika, dialektika, astronomia,
geometria, aritmatika. Pada zaman scholastik muncul kaum shopis yang
mengajarkan kepada pemuda-pemuda tentang kebenaran subjektif dan keunggulan
retorika yang kemudian ditentang oleh socrates dengan berdialog yang lebih
dikenal dengan dialektika.
Pada
abad ke-11. lambat laun ada
perubahan-perubahan, yaitu bahwa dialektika(usaha mendapatkan pengenalan dengan
cara berfikir) makin menonjolkan diri, dan gejola rasionalis tampak di dalam
pemikiran teologis. Selain itu pada abad ini juga terjadi pertentangan tentang
apa yang dimaksudkan dengan universal. Maksudnya adalah apakah kebenaran umum
itu adalah benar-benar kenyataan ataukah kebeneran yang hanya diturunkan dari
pemikiran-pemikiran manusia itu sendiri
Hubungan Filsuf
Timur Tengah dengan
kemunculan Filsafat Barat Abad Pertengahan
Banyak
buku-buku warisan Yunani yang dibawa orang ke dunia Eropa mengakibatkan banyak
buku-buku Yunani yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, bahkan seringkali
dalam penerjemahannya banyak dibubuhi keterangan-keterangan penerjemah sendiri
yang juga merupakan seorang pemikir. Buku-buku warisan Yunani terutama warisan
Aristoteles. Adapun filsuf-filsuf Arab yang terkenal di Benua Eropa adalah:
o
Ibnu Sina (avicenna 1037)
adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga
seorang penulis yang produktif di mana sebagian besar karyanya adalah tentang
filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Pengobatan
Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan
dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal
adalah Qanun fi Thib yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama
berabad-abad. Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar.
Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang
sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton
menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam
dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu".
Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of
Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul
lengkap: Al-Qanun fi At Tibb). Ibnu
Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir di
zaman keemasan Peradaban Islam.
Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim
banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks
Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan
dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam. Pengembangan ini terutama
dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa ini meliputi
matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada
zaman Dinasti Samayid dibagian
timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid
dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung bagi
perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam.
Ilmu
ilmu lain seperti studi tentang Al-Quran dan Hadist berkembang dengan
perkembangan dengan suasana perkembangan ilmiah. Ilmu lainya seperti ilmu filsafat, Ilmu Fikih,
Ilmu Kalam sangat berkembang dengan pesat. Pada masa itu Al-Razi dan Al-Farabi menyumbangkan ilmu pengetahuan
dalam bidang ilmu pengobatan dan filsafat. Pada masa itu Ibnu Sina memiliki
akses untuk belajar di perpustakaan besar di wilayah Balkh,
Khwarezmia, Gorgan, Kota Ray, Kota Isfahan dan Hamedan. Selain fasilitas perpustakaan besar yang memiliki
banyak koleksi buku, pada masa itu hidup pula beberapa ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-Biruni seorang astronom terkenal, Aruzi
Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang matematikawan terkenal dan sangat teliti,
Abu al-Khayr Khammar seorang fisikawan dan ilmuwan terkenal lainya.
o
Ibnu Rusyd (Averroes 1126-1198)
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah
dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil
sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia
mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.
Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja. Ibnu Rusyd
adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai
"Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal
sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen pada abad
pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak
orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan
masalah hukum. Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan
fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya
Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar
karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu
filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad
pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
o
Mozes bin Maimun (Mozes Maimonioes
1135-1204)
dalah seorang Filusuf Yahudi Shepardic, Asronomer, Rabbi
,Dokter di Maroko dan Mesir. Ia lahir di Córdoba, Andalusia (sekarang Spanyol),
Almoravid Empire pada Paskah Eve , 1135 , dan meninggal di Mesir pada tanggal
12 Desember 1204. Meski tulisan-tulisannya tentang hukum dan etika Yahudi
mendapat banyak pujian dan ucapan terima kasih dari kebanyakan orang Yahudi,
bahkan jauh seperti Irak dan Yaman.
ia bangkit untuk menjadi kepala/pemimpin yang
dihormati dari komunitas Yahudi di Mesir , ada juga kritik gencar dari beberapa
tulisannya , terutama di Spanyol. Empat belas volume tulisannya mengenai
Mishneh Taurat masih membawa otoritas kanonik signifikan sebagai kodifikasi
hukum Talmud. Dalam dunia Yeshiva ia disebut kadang-kadang " haNesher
hagadol " ( elang besar ) sebagai pengakuan atas statusnya yang luar biasa
sebagai ahli tafsir Tertinggi dari Oral Torah (Pewahyuan yang dilisankan oleh
para Nabi).
Dalam
dunia filsafat, pemikiran Ibn Rusyd sangat dipengaruhi oleh pemikiran
aristoteles. Hal itu dianggap wajar karena ia banyak menghabiskan waktunya
untuk meneliti dan membuat komentar-komentar terhadap karya-karya Aristoteles
dalam berbagai bidang, sehingga ia diberi gelar Syafih (sang komentator) dan
Aristoteles disebut sebagai sang filsuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar