Sejarah Filsafat Periode Modern dan
Lahirnya Reneisance
Filsafat modern, adalah wacana
filsafat yang lahir sebagai respon terhadap Suasana filsafat sebelumnya.
Kefilsafatan sebelum masa modern adalah kefilsafatan yang bercorak tradisional,
yang bisa diartikan “berfilsafat dengan cara-cara lama”, sebagaimana arti kata
tradisional berbanding terbalik dengan arti kata modern yang mermakna sebagai
“sesuatu yang baru”. Makna modern (sesuatu yang baru), mencakup segenap
sendi-sendi kehidupan social dan budaya manusia yang terkait dengan dimensi
materil dan spiritualnya pada seputar bagaimana cara mengetahui yang benar,
kevalidan sesuatu, struktur pengetahuan itu sendiri dan implementasi
nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.
Lahirnya filsafat dalam ruang
sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi yang melingkupinya.
Demikianpun dengan wacana filsafat modern, selain dapat diartikan sebagai filsafat
yang merespon (mengkritisi, membongkar, kadang-kadang menguatkan) tradisi dalam
kurun waktu tertentu, modern juga mengandung nilai-nilai kesinambungan yang
kontinyu, berdasarkan keadaanya. Keadaan yang berkembang pada babakan Eropa
pertengahan, adalah kuatnya otoritas agama (gereja), sebagai pengontrol
kehidupan masyarakat. Kebebasan berfikir selalu dibatasi oleh kekuasaan gereja,
hingga kondisi ini melahirkan sebuah kegelisahan intelektual oleh para ilmuan
yang bermuara pada lahirnya revolusi berfikir yang berontak terhadap keadaan
tersebut. Suasana ini menjadi latar sejarah lahirnya filsafat modern yang kelak
menjadi penentu bangkitnya Eropa modern dengan segala aspeknya (renaisance).
Dengan demikian filsafat modern
berarti filsafat yang mengandung kebaruan berdasarkan waktunya, corak
epistemologinya dan dinamika yang terjadi pada seputar metodologi dan
kerakteristiknya.
Sejarah filsafat terdiri dari tiga
periode. Periode pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era
kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat pemikiran
Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode pertengahan dan
periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan periode
post – modernisme.
Socrates masuk pada kategori era
klasik bersama para filosof lainnya, semisal Plato yang menjadi muridnya dan
kemunculan Aristoteles sebagai murid dari Plato menjadi puncak keemasan era
filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan sebuah realitas sejati yang
disebutnya sebagai dunia ide yang merangkum segala bentuk Kebenaran berdasarkan
ide atau sisi rasionalitas manusia. Baginya realitis fisik adalah refleksi
terhadap dunia ide. Berbeda dengan muridnya, Aristoteles memperkenalkan paham
realisme. Menurutnya realitas adalah benda-benda konkrit yang menciptakan kesatuan
antara bentuk dan subtansi.
Setelah masa Aristoteles, wacana
kefilsafatan menjadi redup. Kerakteristik filsafat Barat abad pertengahan
adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab. Salah seorang yang terkenal pada
masa itu adalah Thomas Aquinas (1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-1257M).
Pemikiran mereka berusaha untuk merekonsiliasi antara akal dan wahyu. Mereka
berusaha menjabarkan dogma-dogma Kristen dengan ajaran filsafat. Akal pada
waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu “kelaki-lakian”
teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada waktu itu adalah St.
Agustinus (1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan kekuatan akal dalam mencari
kebenaran apapun. Baginya kebenaran sepenuhnya terbenam, berada dalam wahyu
Tuhan (teks). Singkatnya, pada masa itu, persoalan epistemologi mengalami
kepiluan dan penderitaan di bawah tafsir tunggal para agamawan yang sekaligus
menjadi penguasa politik pada zaman tersebut .
Kekuasaan keagamaan yang tumbuh
berkembang selama abad pertengahan di Eropa tampaknya menyebabkan terjadinya
supremasi Semitik di atas alam pikiran Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa
dapat memadukan Hellenisme yang bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran
agama yang bersifat samawi – supernatural. Dari sinilah tumbuh rasionalisme,
empirisme, idelisme, dan positivisme yang kesemuanya memberikan
perhatian yang amat besar terhadap problem pengetahuan nonmetafisika (bukan
agama) dan lahirlah babakan baru yakni babak modern yang ditandai dengan
gerakan renaissance yang merentang dari abad 14 M hingga abad 16.
Reneisance dalam bahasa Prancis dan
Inggris berarti kelahiran kembali atau kebangkitan kembali. Dalam bahasa latin,
kata renaissance diidentikkan dengan arti kata, nascentia, nascor, yang
bermakna kelahiran, lahir, dilahirkan. Istilah ini meliputi suatau zaman di
mana setiap orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Zaman tersebut
menekankan otonomi atau kedaulatan manusia dalam berfikir, bereksplorasi,
bereksprimen dalam mengembangkan seni sastra dan ilmu pengetahuan di Eropa.
Manifestasi utama dari gerakan ini adalah; gerakan humanisme, eksistensialisme
dan naturalisme dengan menerjemahkan kembali sumber-sumber Yunani dan Romawi
yang mengantar terbukanya pemikiran manusia terhadap illmu-ilmu baru (modern).
Dalam bidang agama istilah renaissance ditandai dengan terusiknya kemapanan
agama Kristen yang mengarah pada reformasi protestan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar