Selasa, 08 November 2016

Sejarah Filsafat Periode Modern dan Lahirnya Reneisance



Sejarah Filsafat Periode Modern dan Lahirnya Reneisance

Filsafat modern, adalah wacana filsafat yang lahir sebagai respon terhadap Suasana filsafat sebelumnya. Kefilsafatan sebelum masa modern adalah kefilsafatan yang bercorak tradisional, yang bisa diartikan “berfilsafat dengan cara-cara lama”, sebagaimana arti kata tradisional berbanding terbalik dengan arti kata modern yang mermakna sebagai “sesuatu yang baru”. Makna modern (sesuatu yang baru), mencakup segenap sendi-sendi kehidupan social dan budaya manusia yang terkait dengan dimensi materil dan spiritualnya pada seputar bagaimana cara mengetahui yang benar, kevalidan sesuatu, struktur pengetahuan itu sendiri dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.
Lahirnya filsafat dalam ruang sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi yang melingkupinya. Demikianpun dengan wacana filsafat modern, selain dapat diartikan sebagai filsafat yang merespon (mengkritisi, membongkar, kadang-kadang menguatkan) tradisi dalam kurun waktu tertentu, modern juga mengandung nilai-nilai kesinambungan yang kontinyu, berdasarkan keadaanya. Keadaan yang berkembang pada babakan Eropa pertengahan, adalah kuatnya otoritas agama (gereja), sebagai pengontrol kehidupan masyarakat. Kebebasan berfikir selalu dibatasi oleh kekuasaan gereja, hingga kondisi ini melahirkan sebuah kegelisahan intelektual oleh para ilmuan yang bermuara pada lahirnya revolusi berfikir yang berontak terhadap keadaan tersebut. Suasana ini menjadi latar sejarah lahirnya filsafat modern yang kelak menjadi penentu bangkitnya Eropa modern dengan segala aspeknya (renaisance).
Dengan demikian filsafat modern berarti filsafat yang mengandung kebaruan berdasarkan waktunya, corak epistemologinya dan dinamika yang terjadi pada seputar metodologi dan kerakteristiknya.
Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari Athena, Alexsanderia, dan pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode kedua, adalah periode pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern yang dilanjutkan dengan periode post – modernisme.
Socrates masuk pada kategori era klasik bersama para filosof lainnya, semisal Plato yang menjadi muridnya dan kemunculan Aristoteles sebagai murid dari Plato menjadi puncak keemasan era filsafat klasik. Filsafat Plato menemukan sebuah realitas sejati yang disebutnya sebagai dunia ide yang merangkum segala bentuk Kebenaran berdasarkan ide atau sisi rasionalitas manusia. Baginya realitis fisik adalah refleksi terhadap dunia ide. Berbeda dengan muridnya, Aristoteles memperkenalkan paham realisme. Menurutnya realitas adalah benda-benda konkrit yang menciptakan kesatuan antara bentuk dan subtansi.
Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi redup. Kerakteristik filsafat Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap otoritas Kitab. Salah seorang yang terkenal pada masa itu adalah Thomas Aquinas (1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-1257M). Pemikiran mereka berusaha untuk merekonsiliasi antara akal dan wahyu. Mereka berusaha menjabarkan dogma-dogma Kristen dengan ajaran filsafat. Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk memuaskan nafsu “kelaki-lakian” teologi Kristen. Seorang tokoh lain yang muncul pada waktu itu adalah St. Agustinus (1354-1430M) bahkan tidak percaya dengan kekuatan akal dalam mencari kebenaran apapun. Baginya kebenaran sepenuhnya terbenam, berada dalam wahyu Tuhan (teks). Singkatnya, pada masa itu, persoalan epistemologi mengalami kepiluan dan penderitaan di bawah tafsir tunggal para agamawan yang sekaligus menjadi penguasa politik pada zaman tersebut .
Kekuasaan keagamaan yang tumbuh berkembang selama abad pertengahan di Eropa tampaknya menyebabkan terjadinya supremasi Semitik di atas alam pikiran Hellenistik. Di lain pihak, orang merasa dapat memadukan Hellenisme yang bersifat manusiawi intelektual dengan ajaran agama yang bersifat samawi – supernatural. Dari sinilah tumbuh rasionalisme, empirisme, idelisme, dan positivisme yang kesemuanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap problem pengetahuan nonmetafisika (bukan agama) dan lahirlah babakan baru yakni babak modern yang ditandai dengan gerakan renaissance yang merentang dari abad 14 M hingga abad 16.
Reneisance dalam bahasa Prancis dan Inggris berarti kelahiran kembali atau kebangkitan kembali. Dalam bahasa latin, kata renaissance diidentikkan dengan arti kata, nascentia, nascor, yang bermakna kelahiran, lahir, dilahirkan. Istilah ini meliputi suatau zaman di mana setiap orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Zaman tersebut menekankan otonomi atau kedaulatan manusia dalam berfikir, bereksplorasi, bereksprimen dalam mengembangkan seni sastra dan ilmu pengetahuan di Eropa. Manifestasi utama dari gerakan ini adalah; gerakan humanisme, eksistensialisme dan naturalisme dengan menerjemahkan kembali sumber-sumber Yunani dan Romawi yang mengantar terbukanya pemikiran manusia terhadap illmu-ilmu baru (modern). Dalam bidang agama istilah renaissance ditandai dengan terusiknya kemapanan agama Kristen yang mengarah pada reformasi protestan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar