Minggu, 06 November 2016

Konsep Metafisika Taoisme



Konsep Metafisika Taoisme

Lao Tzu dapatlah dipandang sebagai perumus sistem pemikiran metafisis pertama di dalam sejarah intelektual Cina. Fokus dari metafisikanya adalah konsep Tao itu sendiri. Secara literal, seperti sudah disinggung sebelumnya, Tao berarti “Jalan”. Definisi yang sangat umum membuat banyak aliran di dalam Taoisme mendefinisikan implikasi Tao bagi kehidupan bermasyarakat secara amat beragam. Menurut Lao Tzu, Tao adalah “sumber umum bagi seluruh alam semesta.” Tao, dengan demikian, adalah suatu konsep metafisis. Tidaklah mungkin mencari padanan kata yang tepat untuk menggambarkan secara akurat arti dari kata Tao, bahkan di dalam bahasa Cina sekalipun.
Akan tetapi, ada beberapa deskripsi yang kiranya bisa memberi gambaran yang cukup memadai tentang Tao. Tao adalah “asal usul yang unik tentang dunia.” Lao Tzu secara eksplisit menulis, “Tao menghasilkan Yang Satu. Yang Satu menghasilkan yang Dua. Yang Dua menghasilkan yang Tiga, dan yang Tiga menghasilkan sepuluh ribu hal lainnya.”Tao adalah sumber utama. Yang Satu (the One) adalah ada yang bersifat primordial (primordial being), atau Chaos itu sendiri. Yang Dua disebut juga sebagai yin, atau sisi feminin, sekaligus yang, atau sisi maskulin. Yin juga dikenal sebagai sisi negatif, dan Yang adalah sisi positif. Yang Tiga adalah kesatuan antara yin dan yang. Selain menjadi ajaran metafisis di dalam Taoisme, konsep-konsep seperti Tao, yang Satu, yang Dua, dan yang Tiga ini juga menjadi asal usul dari alam semesta itu sendiri. Ini adalah kisah penciptaan versi Taoisme.
Tao menentukan segala sesuatu, dan segala sesuatu bergantung pada Tao. Lao Tzu sangat yakin, bahwa Tao bersifat universal. Segala sesuatu berasal dari Tao, dan merupakan pengembangan dari Tao itu sendiri. Tao, dengan demikian, juga merupakan proses yang bersifat universal dan prinsip tertinggi. Ini adalah ontologi yang paling mendasar dari Taoisme.
Tao juga memiliki sifat yang misterius. “Kita memandang Tao”, demikian tulis Lao Tzu, “tetapi tidak melihatnya. Kita mendengar Tao tetapi tidak mendengarkannya. Kita menyentuhnya tetapi tidak menemukannya. Bergerak ke atas, tetapi tidak terang, dan bergerak rendah ke bawah, tetapi tidak gelap. Tidak terbatas dan tidak bisa diberikan nama apapun.“ Tao tidaklah bisa dimengerti dengan akal budi dan panca indera manusia, tetapi Tao itu adalah ada-yang-nyata (real being).
Tao berada di level yang melampaui pengetahuan biasa yang diperoleh melalui intelek manusia. Akan tetapi, Tao dapatlah diketahui melalu intuisi. Pengejaran dalam hal pembelajaran“, bergerak maju dari hari ke hari. Pengejaran dalam hal Tao menurun dari hari ke hari.“ Untuk menyadari keberadaan Tao, orang haruslah bergerak melampaui kemampuan kognitif mereka. Pengenalan atas Tao membutuhkan lebih dari sekedar ketrampilan kognitif biasa yang dimiliki oleh orang pada umumnya.“ Orang“, demikian Lao Tzu, dapat melihat Tao Surga tanpa perlu melihat melalui jendela.“
Tao bergerak secara alami dan spontan. Tao tidak memiliki kehendak ataupun tujuan. “Manusia”, demikian Lao Tzu, “mendapatkan modelnya dari bumi, bumi dari surga, surga dari Tao, dan Tao dari spontanitas.” Tao “menyelesaikan tugasnya, tetapi tidak mengklaim kredit darinya. Tao memberikan pakaian dan makanan kepada semua hal tetapi tidak mengklaim menjadi penguasa atasnya. Tao selalu bergerak tanpa keinginan segala sesuatu datang kepadanya dan Tao tidak menguasainya”. Jadi, Tao bergerak secara alami. Akan tetapi, Tao bukanlah seperti Tuhan yang menciptakan dunia dengan tujuan tertentu. Di dalam Konfusianisme, Tao adalah prinsip umum yang mengatur moralitas dan politik, sementara Te adalah keutamaan individual. Akan tetapi, bagi Lao Tzu, Tao adalah realitas yang paling ultim sekaligus prinsip umum dari alam semesta. Sementara, Te adalah partikularisasi dari Tao yang terwujud dalam diri seseorang, ketika ia hidup sesuai dengan Tao.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar