Konsep Metafisika Taoisme
Lao Tzu
dapatlah dipandang sebagai perumus sistem pemikiran metafisis pertama di dalam
sejarah intelektual Cina. Fokus dari metafisikanya adalah konsep Tao itu
sendiri. Secara literal, seperti sudah disinggung sebelumnya, Tao berarti
“Jalan”. Definisi yang sangat umum membuat banyak aliran di dalam Taoisme
mendefinisikan implikasi Tao bagi kehidupan bermasyarakat secara amat beragam.
Menurut Lao Tzu, Tao adalah “sumber umum bagi seluruh alam semesta.” Tao, dengan
demikian, adalah suatu konsep metafisis. Tidaklah mungkin mencari padanan kata
yang tepat untuk menggambarkan secara akurat arti dari kata Tao, bahkan di
dalam bahasa Cina sekalipun.
Akan tetapi,
ada beberapa deskripsi yang kiranya bisa memberi gambaran yang cukup memadai
tentang Tao. Tao adalah “asal usul yang unik tentang dunia.” Lao Tzu secara
eksplisit menulis, “Tao menghasilkan Yang Satu. Yang Satu menghasilkan yang
Dua. Yang Dua menghasilkan yang Tiga, dan yang Tiga menghasilkan sepuluh ribu
hal lainnya.”Tao adalah sumber utama. Yang Satu (the One) adalah ada
yang bersifat primordial (primordial being), atau Chaos itu
sendiri. Yang Dua disebut juga sebagai yin, atau sisi feminin,
sekaligus yang, atau sisi maskulin. Yin juga dikenal sebagai
sisi negatif, dan Yang adalah sisi positif. Yang Tiga adalah kesatuan
antara yin dan yang. Selain menjadi ajaran metafisis di dalam
Taoisme, konsep-konsep seperti Tao, yang Satu, yang Dua, dan yang Tiga ini juga
menjadi asal usul dari alam semesta itu sendiri. Ini adalah kisah penciptaan
versi Taoisme.
Tao
menentukan segala sesuatu, dan segala sesuatu bergantung pada Tao. Lao Tzu
sangat yakin, bahwa Tao bersifat universal. Segala sesuatu berasal dari Tao,
dan merupakan pengembangan dari Tao itu sendiri. Tao, dengan demikian, juga
merupakan proses yang bersifat universal dan prinsip tertinggi. Ini adalah
ontologi yang paling mendasar dari Taoisme.
Tao juga
memiliki sifat yang misterius. “Kita memandang Tao”, demikian tulis Lao Tzu,
“tetapi tidak melihatnya. Kita mendengar Tao tetapi tidak mendengarkannya. Kita
menyentuhnya tetapi tidak menemukannya. Bergerak ke atas, tetapi tidak terang,
dan bergerak rendah ke bawah, tetapi tidak gelap. Tidak terbatas dan tidak bisa
diberikan nama apapun.“ Tao tidaklah bisa dimengerti dengan akal budi dan panca
indera manusia, tetapi Tao itu adalah ada-yang-nyata (real being).
Tao berada di
level yang melampaui pengetahuan biasa yang diperoleh melalui intelek manusia.
Akan tetapi, Tao dapatlah diketahui melalu intuisi. Pengejaran dalam hal
pembelajaran“, bergerak maju dari hari ke hari. Pengejaran dalam hal Tao
menurun dari hari ke hari.“ Untuk menyadari keberadaan Tao, orang haruslah
bergerak melampaui kemampuan kognitif mereka. Pengenalan atas Tao membutuhkan
lebih dari sekedar ketrampilan kognitif biasa yang dimiliki oleh orang pada
umumnya.“ Orang“, demikian Lao Tzu, dapat melihat Tao Surga tanpa perlu melihat
melalui jendela.“
Tao bergerak
secara alami dan spontan. Tao tidak memiliki kehendak ataupun tujuan.
“Manusia”, demikian Lao Tzu, “mendapatkan modelnya dari bumi, bumi dari surga,
surga dari Tao, dan Tao dari spontanitas.” Tao “menyelesaikan tugasnya, tetapi
tidak mengklaim kredit darinya. Tao memberikan pakaian dan makanan kepada semua
hal tetapi tidak mengklaim menjadi penguasa atasnya. Tao selalu bergerak tanpa
keinginan segala sesuatu datang kepadanya dan Tao tidak menguasainya”. Jadi,
Tao bergerak secara alami. Akan tetapi, Tao bukanlah seperti Tuhan yang
menciptakan dunia dengan tujuan tertentu. Di dalam Konfusianisme, Tao adalah
prinsip umum yang mengatur moralitas dan politik, sementara Te adalah
keutamaan individual. Akan tetapi, bagi Lao Tzu, Tao adalah realitas yang
paling ultim sekaligus prinsip umum dari alam semesta. Sementara, Te
adalah partikularisasi dari Tao yang terwujud dalam diri seseorang, ketika ia
hidup sesuai dengan Tao.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar