Pembaruan Dalam Islam
Kebanyakan didalam islam biasa sering terjadi
penyimpangan atau kesalahfahaman pemikiran, hingga kemudian muncullah atau
lahirlah berbagai pemikiran oleh tokoh-tokoh pemuka islam yang mengeluarkan
pemikirannya untuk menyikapi berbagai penyimpangan tersebut. Dalam islam juga
terdapat banyak aliran, yang akhirnya mengakibatkan kondisi islam mengalami
banyak perubahan, pemikiran islam juga mengalami bebrapa pembaruan, yang mana
pembaruan itu terjadi mulai dari abad pra modern hingga pada masa modern. Dan
pada masa modern itulah timbul pemikiran pembaruan dalam islam dengan lahirnya
beberapa tokoh pembaru dalam islam untuk menuju islam yang modern. Diantara
tokoh-tokoh pembaru itu adalah Inu Taimiyah, Ahmad Sirhindi dan Abdul Wahab.
Perkembangan Pra Modern
1. Ibnun Ttaimiyah
Nama lengkap dari Ibnu
taimiyah adalah Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, beliau lahir di Harran, Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal
pada 27 September 1328. Ia berasal dari keluarga cendekiawan. Ayahnya bernama
Shihabuddin Abdul Halim seorang ahli hadits dan ulama terkenal di Damascus;
demikian juga kakeknya, Syekh Majuddin Abdul Salam, adalah ulama terkemuka.
Mereka semua adalah pemuka dalam mazhab Hambali. Ibnu Taimiyah belajar
Al-Qur’an dan hadits dari ayahnya, kemudian sekolah di Damascus. Pada usia 10
tahun ia telah mempelajari kitab-kitab hadits utama, hafal Al-Qur’an, belajar
ilmu hitung dan sebagainya. Kemudian ia tertarik mendalami ilmu kalam dan
filsafat yang menjadi keahliannya. Karena beliau mempunyai kemampuan yang lebih
di bidang kalam, filsafat, hadits, Al-Qur’an, tafsir dan fikih,sehingga pada
usia 30 tahun ia sudah menjadi ulama besar pada zamannya. Ibnu Taimiyah kuat
memegang ajaran kaum salaf. Ia juga seorang penulis yang tekun dan produktif.
Karyanya berjumlah 500 jilid.
Pada masa pra modrrn
ini cara berpikir Ibnu Taimiyah cenderung bersifat empiris sekaligus
rasionalis. Empiris dalam arti bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam
kenyataan, bukan dalam pemikiran (al-haqîqah fi al-a’yân la fi al-adhhân), dan
rasionalis dalam arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengan naql
(Al-Qur’an dan hadits) yang sahih. Ia menolak logika sebagai metode berpikir
deduktif yang tidak dapat digunakan untuk mengkaji materi keislaman secara
hakiki. Objek Materi keislaman empiris hanya dapat diketahui melalui eksperimen
dan pengamatan langsun.
2. Shaykh Ahmad
Sirhindi
Nama lengkap dari Sirhindi adalah Syekh Ahmad al Faruqi al Hanafi al
Sirhindi. Beliau dilahirkan di Sirhindi India pada tanggal 14 Syawal 971 H (971H/1563M
- 1034H/1624M ). Shaykh Ahmad Sirhindi adalah seorang
ulama terkemuka yang merupakan pemikir sufisme dan juga tokoh besar tarekat
Naqsyabandiyah yang sangat berpengaruh. Sirhindi adalah seorang teroritikus
terkemuka yang dikenal dengan julukan mujaddid Alf Sani (pembaru millennium
kedua). Dalam berfilsafat ajaran yang diterapkan oleh Sirhindi adalah beberapa
pemikirannya yang mana Sirhindi memberitahukan pemurnian sufisme di India
dengan menolak konsep wihdatul wujud
yang telah dikemukakan oleh Ibnu Arabi yang pembaharuan sufinya terletak pada
upaya integrasi gagasan sufistik dengan ortodoksi suni dan penggabungan
kerangka monistik teosofi mistik dengan desakan
oral syariat dalam pemikirannya ini sirhindi juga menguatkan ajaran Ibnu
Taimiyah bahwa dia mengajarkan hakikat sufi yang umumnya bertentangan dengan
sariat itu sendiri.
Dari itu ajaran tasawufnya dapat
digolonkan sebagi neosufisme yang cenderung menimbulkan aktivisme ortodox
dan menanamkan kembali sikap yang positif terhadap dunia. Dalam pemikiran ini
telah jelas bahawa Sirhindi lebih menekankan kehidupan dunia daripada
meenungkan kehidupan akhirat.
Menurutnya
orang Islam harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan wahyu Ilahi dimuka
bumi. Pemikiran pembaruan sufinya tidak
menolak tasawuf tapi memberikan arah dan kehidupan yang baru. Untuk inti.
Sirhindi mengangakat konsep Wahda
as-Syuhud di atas konsep Wahda
al-Wujud nya Ibnu Arabi yang telah mendominasi pemikiran para sufi selama
beberapa abad.menurutnya, kaum mukmin harus menyadari bahwa segala sesuatu itu
dari Allah dan bukan segala sesuatu itu
adalah Allah. Konsep ini memang menekankan ketuhanan yang transenden.
3. Muhammad bin
Abdul wahab
Nama lengkap
dari Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn
Rashid al-Tamimi. Ia lahir di Uyaynah pada 1730 M/l115 H. Ayah dan kakeknya
adalah ulama terkenal di Najd. Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang
keagamaan dan mengembangkan minatnya di bidang tafsir, hadits, dan hukum
madzhab Hanbaliyah. Untuk meningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan
perjalanan mencari ilmu. Ia juga membaca karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn
al-Qayyim al-Jauziyah, sehingga ia benar-benar menjadi seorang ulama, ahli
hukum dan pembaharu ternama.
Dalam masa pra
modern Abdul Wahab menekankan ajaran tauhid dan mengecam praktek tawasul,
ziarah kubur, dan bid’ah. Proses pembaruanya dimulai dengan banyak menyampaikan
ceramah dan khutbah dengan berani dan antusiasme. Oleh karena itu, ia cepat
memperoleh banyak pendukung. Pada permulaan ini pula ia melahirkan karya
terkenal berjudul Kitâb al-Tauhîd. Setelah kematian ayahnya pada 1740, Muhammad
Ibn Abdul Wahhab semakin populer dan gerakannya mendapat dukungan dari
pemerintah Kerajaan Ibn Saud.
dalam pemikiran teologis muhammad ibn Abdul
wahhab berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan kerusakan tauhid dan kepercayanya kepada ALLAH swt. menurut
Muhammad Abdul wahab,lafadz Illa liya'budun dalam ayat 56 Al-Dzariyat
pembagian tauhid itu menjadi tiga menurut Muhammad bin Abdul wahab yaitu :tauhid uluhiyah,tauhid
rubbiyah, tuhid Hududiyah. dari ketiga macam tauhid ini merupakan satu
kesatuan antara tauhid lainya tidak boleh dipilih salah satu saja karena itu
wajib menyatuh di dalam iman seseorang
muslim sebagai pengikut ahli sunnah wal
jama'ah.
Orientasi Ideologi Islam Modern
Dari bebrapa
pembaruan pemikiran di masa pra modern tersebut memunculkan beberapa pemikiran
baru lainnya dalam memasuki masa modern seperti yang pertama adalah Ibnu Taimiyah, bahwasnya dalam mencapai
pembaruannya ada beberapa upaya yang dilakukannya yaitu sebagai pertama, yaitu
memurnikan ajaran tauhid, bahwa-snya Ibnu Taimiyah menentang segala bentuk
bid’ah, takhayyul dan khufarat. Menurut pemikiran Ibnu Taimiyah, tauhid yang
paling benar adalah salaf, yaitu aqidah yang bersumber dari Al-Quran dan
al-Hadits bukan yang berasal dari rasional dan filosofis. Ibnu Taimiyah juga menentang taqlid karena untuk kembali
kepada al quran dan hadits
sedangkan ijtihad terbuka sepanjang masa
karena keadaan manusia yang selalu berubah. Adapun dalam bidang hukum upaya
pembaruan lainnya yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah adalah dengan menawarkan
metode baru yang mana tidak mendasarkan keputusan hukum pada ‘illat, akan
tetapi berdasarkan hikmah.
Pembaruan selanjutnya
adalah yang terjadi pada masa Sirhindi,
beliau mendapat julukan sebagai Mujaddid Alf Sani dan dianggap sebagai
bapak pembaruan di anak benua India, perintis reformasi yang berani bersikap
oposan terhadap pemerintah dan penyelamat kaum muslim dari bid'ah.yang menjadi
titik tekan ajaran Sirhindi pada kepatuhan hukum syariat dan sunah sebagai
sarana untuk mencapai realitas spiritual telah abnayak diterima oleh golongan
tarekat Naqsabandiyah yang kemudian ajaran itu dikembangkan pengikutnya dikawasan
Asia Tengah,Turki dan Arab yang hinggga kini tetap menjadi sumber inspirasi.
Golongan
pembaharuan lainnya yaitu dari golongan Abdul Wahab yang terkenal dengan orang
yang menentang kersa atas kemunduran dan kemerosotan umat islam di abad modern
atas gerakannya ini orang-orang menyebutnya dengan gerakan wahabi. Gerakan
wahabi ini menyerukan pada kaum muslimin di seluruh dunia agar kembali pada
ajaran Islam yang asli dan suci atas dasar yang diperintahkan Allah dan
Rasulnya. Gerakan ini cukup fanatik dengan terhadap doktrin agama, teguh dan
kuat dalam mempertahankan pendirian, tidak mudah goyak dan kehidupan. Yang
menjadi misi utamanya adalah tulus dan lurus untuk kembali sederhana dalam pada
ajaran Islam yang asli. pembaruan
lainnya yang dilakukan oleh abdul wahab yang merupakan inti dari pembaruanya
adalah tentang tauhid ,dalam hal ini
tiga golongan yaitu tauhid
uluhiyah ,dan tauhid rububiyah, tauhid hubudiyah. Bahwa menurut abdul wahab
Allah adalah tuhan alam semesta yang maha kuasa dan melarang segala penyifatan
tuhan terhadap siapapun dan apapun, kecuali pada Allah. Abdul Wahab juga sangat
tidak setuju dengan para pendukung tawasul karena menurut ibadah adalah cara
manusia berhubungan dengan tuhan. Sedangkan usaha mencari perlindungan dengan
batu, pohon, dan sejenisnya adalah merupakan perbuatan syirik demikian juga
dengan bertawasul kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang suci sangat
dilarang dalam ajaran islam , dan Allah tidak akan perna memberikan apapun
kepada mereka yang melakukan hal demikian. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah
ziarah kubur yang dilarang, tetapi berbuatan bid’ah, takhayyul, dan khufarat
yang mengiringi ziarah yang semestinya dilarang agar iman tetap terjaga dan
terpelihara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar