Selasa, 01 November 2016

Filsafat Animisme



Filsafat Animisme

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa (ghost-soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.[2][4

Konsep Ketuhanan dan Peribadatan
Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat agama adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya dari yang lain. Begitu pula dalam dinamisme dan animisme sebagai sebuah kepercayaan.
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena sesuai dasar pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia. Inilah yang menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai barang yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang maha tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga mereka dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan. Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
·         Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
·         Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar mayat dan lainnya
·         Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
·          Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup dan dapat diminta pertolongannya.
Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar