Filsafat Animisme
Kata animisme berasal dari anima
yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini menjadi kata kunci dalam
pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai
sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada
setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya,
mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar
tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka
dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat
(dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak
sama dengan pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum
bisa membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas
materi yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk,
umur, dan mampu makan. Hal ini dapat
diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah
pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali
dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana aliran evolusionisme bangsa Inggris
yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa
(memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat pada diri manusia yang disebut
jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan,
seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini
merupakan asas kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama,
menurut Tylor ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui
sebagai agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya
hantu jiwa (ghost-soul) orang mati
yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang mengganggu orang-orang
yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul
kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap
keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu
yang aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.[2][4
Konsep Ketuhanan dan Peribadatan
Selain adanya hal yang dipyakini
dan yang meyakini, salah satu syarat agama adalah adanya konsep kepercayaan
atau ketuhanan yang membedakannya dari yang lain. Begitu pula dalam dinamisme
dan animisme sebagai sebuah kepercayaan.
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari
animisme. Maka dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena
sesuai dasar pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa
benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki semua
agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada roh
yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia. Inilah yang
menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa
sifat yang menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai
barang yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang
maha tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya,
insyaf akan kelemahan manusia sehingga mereka dengan rela dan patuh
menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam
kepercayaan. Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
·
Kepercayaan dan penyembahan kepada alam
(Naturewonship). Seperti penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
·
Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda
(folishworship). Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan
benda-benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup.
Seperti kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk
membakar mayat dan lainnya
·
Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang
(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan
keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di
india, buaya dan lainnya.
·
Kepercayaan
dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship). Dalam kepercayaan
orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup dan dapat diminta
pertolongannya.
Maka tidak jarang lagi
orang yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari,
seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh
btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk
dimintai doa restu dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar